Siklon Tropis Bakung di Selatan Lampung, Bibit Siklon di Selatan Bali-Nusa Tenggara

kompas.id
19 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA, KOMPAS-Bibit siklon 91 S menguat dan menjadi siklon tropis Bakung sejak Jumat (12/12/2025) pukul 19.00 WIB, sedangkan bibit siklon tropis 92 terpantau di selatan Bali-Nusa Tenggara Timur.

Fenomena tersebut berdampak tak langsung pada cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di Indonesia beberapa hari ke depan tapi dampaknya dinilai tak akan separah siklon Senyar akhir November 2025 lalu.

Kepala Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani, di Jakarta, mengutarakan, meski pergerakan Siklon Tropis Bakung menjauhi wilayah Indonesia, hal itu tetap dapat berdampak tak langsung terhadap cuaca dan kondisi gelombang tinggi dalam 1-2 hari ke depan.

Baca JugaBencana Siklon Tropis Senyar: Peringatan Lemahnya Mitigasi dan Efek Degradasi Alam di Sumatera

“ Berdasarkan hasil pemantauan ini, dalam beberapa hari terakhir BMKG telah menyampaikan peringatan dini secara bertahap dan berkelanjutan kepada masyarakat serta sektor terkait,” kata Faisal, Jumat (12/12) malam.

KOMPAS
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Selasa (2/12/2025), mengeluarkan peringatan dini terkait potensi pembentukan bibit siklon tropis di wilayah perairan selatan Indonesia. Fenomena yang dinilai sebagai anomali cuaca ini diprediksi terjadi di sebagian wilayah selatan Indonesia mulai Desember 2025 hingga Januari 2026, bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru.

Data BMKG, pada Sabtu (13/12/2025), menunjukkan, siklon tropis Bakung berkembang dari bibit siklon tropis 91S yang tumbuh sejak 7 Desember 2025 pukul 07.00 WIB di Samudra Hindia barat daya Lampung dan mencapai intensitas siklon tropis, 12 Desember 2025, pukul 19.00 WIB.

Saat ini siklon berada di Samudra Hindia barat daya Lampung pada koordinat 8,5 Lintang Selatan (LS), 95,4 Bujur Timur (BT) atau 920 kilometer sebelah barat daya Bengkulu. Siklon bergerak ke barat dengan kecepatan 12 knots atau 22 km per jam menjauhi wilayah Indonesia.

Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani memaparkan, berdasarkan analisis terbaru pada Sabtu (13/12), siklon tropis Bakung dapat memberikan dampak berupa potensi hujan sedang – lebat di Bengkulu dan Lampung dan angin kencang di Bengkulu.

Selain itu, siklon tersebut bisa memicu gelombang tinggi di Samudra Hindia barat Kepulauan Nias, Samudra Hindia barat Bengkulu hingga Lampung, perairan barat Kepulauan Nias hingga Kepulauan Mentawai, barat Bengkulu hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Samudra Hindia selatan Banten, dan Perairan selatan Banten.

" Kami akan terus memantau secara realtime perkembangan siklon tropis Bakung melalui Tropical TCWC Jakarta dan akan melaporkan secepatnya jika ada perubahan yang signifikan," ungkapnya.

Bibit siklon tropis

Sementara Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, selain siklon tropis Bakung, saat ini muncul bibit siklon topis 93S yang masih terpantau di Samudera Hindia sebelah selatan Bali-Nusa Tenggara, tepatnya berada di 12 derajat Lintang Selatan 115,8 derajat Bujur Timur.

Secara tidak langsung, 93S juga memicu potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.

Hasil analisis BMKG, 93S diprediksi bergerak perlahan ke arah barat daya menjauhi wilayah Indonesia dan dalam periode 24 hingga 72 jam kedepan masih berpeluang rendah untuk berubah menjadi siklon tropis.

Baca JugaYang Mematikan Bukan Hujan

“ Secara tidak langsung, 93S juga memicu potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan. Yaitu, hujan dengan intensitas sedang-lebat berpotensi terjadi di sebagian wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, serta angin kencang dan gelombang tinggi berpotensi di pesisir selatan Jawa Timur, Bali hingga Nusa Tenggara,” kata Guswanto.

Andri menuturkan, siklon tropis tak bisa diprediksi secara spesifik lokasi, intensitas dan lintas pada rentang prediksi bulanan. Namun secara operasional, di pusat peringatan siklon tropis dunia, prospek bibit siklon baru bisa diidentifikasi 5–10 hari sebelumnya dengan tingkat kepercayaan bervariasi.

"Oleh karena itu, penetapan kejadian bulanan, apalagi menyebut akan mendarat di wilayah dan waktu tertentu, tidak memiliki dasar ilmiah dan data yang valid," ungkapnya.

Menurut Andri, periode November–April merupakan musim utama siklon tropis di selatan ekuator, tetapi hanya menunjukkan peluang, bukan kepastian terbentuknya siklon, lintasan pergerakan, maupun wilayah daratan terdampak.

Baca JugaSiklon Senyar: Penanda Awal ”New Normal”

Dalam operasional pusat peringatan siklon tropis, prediksi siklon tropis harus didukung oleh analisis menyeluruh berbagai data observasi real-time dan terverifikasi, dan analisis mendalam prakirawan, bukan semata keluaran model numerik.

"Terkait bibit siklon tropis 93 S akan jadi seperti TC Senyar, berdasarkan analisis dan prediksi BMKG, bibit siklon 93 S tak menunjukkan karakteristik dan potensi perkembangan seperti siklon Senyar yang berdampak luar biasa di daratan Indonesia. Pergerakan sistem menunjukkan ke arah baratdaya menjauhi wilayah Indonesia," kata dia.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pengusaha Minuman Ringan Semringah Purbaya Batalkan Cukai MBDK 2026
• 11 jam lalubisnis.com
thumb
Pemred Suara Surabaya Tekankan Komunikasi Humas Harus Berpihak pada Publik
• 10 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Timnas hoki es putra Indonesia lolos ke semifinal SEA Games 2025
• 4 jam laluantaranews.com
thumb
Saatnya Melek AI! Hadiri Seminar Global AI Outlook 2026 di UNM
• 14 jam lalurepublika.co.id
thumb
Jurus Rahasia Membaca Label Gizi
• 16 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.