Trump Mulai Menekan dari Laut: Kapal Tanker Venezuela Disita, Rezim Maduro Terjepit dari Semua Arah

erabaru.net
16 jam lalu
Cover Berita

EtIndonesia. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Venezuela kembali meningkat tajam setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Selasa, 10 Desember, secara terbuka mengonfirmasi bahwa Washington telah menyita sebuah kapal tanker besar milik Venezuela yang berada di bawah rezim sanksi internasional.

Trump menyebut penyitaan ini sebagai salah satu operasi terbesar dalam sejarah penegakan sanksi AS, langkah yang segera mengguncang pasar pelayaran global dan memicu reaksi keras dari pemerintah Venezuela.

“Kami baru saja menyita kapal itu—sangat besar, benar-benar sangat besar. Dan bukan hanya itu, kami juga melakukan langkah lain,” ujar Trump kepada wartawan.

Ketika ditanya mengenai nasib muatan minyak di dalam kapal tersebut, Trump menjawab singkat, “Mungkin akan disimpan.” Pernyataan ini langsung memicu kemarahan rezim Presiden Nicolás Maduro, yang menuduh AS melakukan perampokan terbuka.

Operasi Multilembaga dan Penyitaan Kapal “Skipper”

Departemen Kehakiman Amerika Serikat menjelaskan bahwa operasi ini melibatkan koordinasi lintas lembaga, termasuk:

Kapal tanker yang disita bernama Skipper, sebelumnya dikenal sebagai Edison, dan telah lama masuk dalam daftar hitam sanksi AS karena diduga terlibat dalam pengiriman minyak Iran serta jaringan pengelakan sanksi internasional.

Menurut seorang pialang minyak berbasis di Singapura yang dikutip Wall Street Journal, pada pertengahan November, kapal ini secara diam-diam memuat lebih dari 1,1 juta barel minyak berat Venezuela. Untuk menghindari pelacakan, kapal tersebut mematikan sistem radar dan identifikasi otomatis (AIS) selama proses pengiriman.

Rekaman Dramatis: Operasi Ala Militer di Tengah Laut

Amerika Serikat merilis rekaman operasi yang memperlihatkan pasukan bersenjata turun langsung dari helikopter ke dek kapal, lengkap dengan perlengkapan tempur. Adegan ini menyerupai operasi militer khusus, bukan sekadar penegakan hukum sipil.

Pemerintah Venezuela, mengutip laporan BBC, mengecam keras tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai:

Sebaliknya, pihak Amerika menyebut operasi ini sebagai peringatan keras bagi kapal-kapal lain yang masih mengangkut atau menunggu muatan minyak Venezuela di laut lepas—banyak di antaranya diketahui sengaja mematikan AIS untuk menghindari deteksi.

Minyak: Garis Hidup Terakhir Rezim Maduro

Bagi Venezuela, minyak hampir menjadi satu-satunya sumber pendapatan vital yang tersisa.

Menurut pakar utang publik Venezuela, Hernández, pada periode 2023–2024, rezim Maduro memperoleh sekitar 1,8–2,2 miliar dolar  dari kerja sama pengiriman minyak, dengan porsi terbesar berasal dari Chevron, perusahaan energi Amerika Serikat.

Sementara itu, Ramchi, analis Venezuela dari Atlantic Council, menilai langkah Trump sebagai tekanan terukur, bukan blokade total.

“Jika Amerika benar-benar ingin mematikan Venezuela, langkah paling mudah adalah berhenti membeli minyaknya. Namun itu tidak dilakukan. Ini tekanan selektif,” jelasnya.

Dampak Langsung ke Pasar Global

Efek penyitaan ini langsung terasa di pasar internasional:

Jika kapal-kapal mulai enggan berlayar, Venezuela berisiko kehilangan 300.000–500.000 barel ekspor per hari, jumlah yang cukup untuk mengguncang ekosistem energi Karibia.

Efek Domino di Karibia: Kuba Gelap Gulita

Dampak lanjutan telah terlihat jelas di kawasan:

Pada saat yang sama, kehadiran militer Amerika Serikat di Karibia terus diperkuat. Hingga kini, sekitar 15.000 tentara AS telah dikerahkan, dan kapal induk USS Gerald R. Ford dilaporkan telah berada di kawasan tersebut.

Kejutan Politik: María Corina Machado Muncul di Norwegia

Di tengah memanasnya situasi, Wall Street Journal mengungkap perkembangan politik besar lainnya.

Pada 10 Desember, pemimpin oposisi Venezuela paling berpengaruh sekaligus penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2025, María Corina Machado, dilaporkan diam-diam tiba di Norwegia.

Machado selama 11 bulan terakhir:

Laporannya dramatis: ia menyamar, mengenakan wig, melewati lebih dari sepuluh pos pemeriksaan militer, menyeberangi Karibia, dan akhirnya tiba di Oslo.

Saat dia muncul di sebuah hotel, para pendukungnya telah berkumpul—menandai penampilan publik pertamanya setelah hampir setahun menghilang. Bahkan Komite Nobel Norwegia merahasiakan kehadirannya hingga menjelang upacara resmi.

Nobel, Seruan Mundur Maduro, dan Tekanan Baru

Pada 2025, Hadiah Nobel Perdamaian dianugerahkan kepada Machado, namun fia tidak hadir dan diwakili oleh putrinya. Dalam pidato resmi, ketua Komite Nobel secara terbuka menyerukan pengunduran diri Nicolás Maduro.

Kemunculan dua tokoh oposisi utama dalam waktu bersamaan membuat situasi politik Venezuela semakin sensitif.

Gedung Putih membantah keterlibatan langsung dalam operasi pelarian Machado. Namun arah kebijakan Trump semakin jelas: Venezuela tanpa Maduro.

Alih-alih perang mahal, Washington tampak memilih tekanan politik, ekonomi, dan diplomatik sebagai strategi utama.

Apa Langkah Selanjutnya?

Para analis memperkirakan Machado akan:

Pertanyaan besar kini menggantung:

Jawabannya akan menentukan arah masa depan Venezuela—dan stabilitas kawasan Karibia—dalam waktu dekat.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kenaikan Harga Cabai dan Bawang Merah di Jawa Tengah Dipicu Hujan dan Cuaca Ekstrem
• 14 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Sholat Ghaib dan Tahlil Santri Amanatul Um’mah untuk Korban Bencana Sumatra dan Aceh
• 16 jam lalutvrinews.com
thumb
Ammar Zoni dkk Resmi Dipindah Sementara dari Nusakambangan ke Lapas Jakarta
• 9 jam laludetik.com
thumb
Gubernur Jatim Pastikan Dua Jembatan Terdampak Bencana di Lumajang Rampung Akhir 2025
• 16 jam lalupantau.com
thumb
BNPB Pastikan Jembatan Bailey di Bireuen Rampung Akhir Pekan Ini
• 13 jam lalurctiplus.com
Berhasil disimpan.