TAPANULI TENGAH, KOMPAS – Setelah hampir tiga pekan terputus, Jalan Tarutung-Sibolga sudah terhubung hingga Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Desa-desa yang sebelumnya terisolasi mulai bisa diakses dengan kendaraan secara darurat. Namun, jalan masih terputus menuju Kota Sibolga.
“Kendaraan sudah bisa masuk ke desa kami. Namun, jaringan listrik masih terputus ke sejumlah desa di Kecamatan Sitahuis, Tapanuli Tengah,” kata Laurensius Sihombing (35), warga Desa Naga Timbul, Kecamatan Sitahuis, Sabtu (13/12/2025).
Jaringan telepon seluler di desa-desa di Sitahuis juga mulai bisa beroperasi pada pukul 19.00 sampai 22.00 setiap hari. Menara pemancar sinyal tekomunikasi (BTS) hanya bisa beroperasi tiga jam sehari karena menggunakan generator pembangkit listrik.
Bantuan ke desa-desa terisolasi mulai mengalir setelah akses jalan bisa terbuka. Sejak bencana banjir bandang dan longsor melanda Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga pada Senin (24/11/2025), akses menuju kawasan itu putus total. Warga sebelumnya harus berjalan 8-12 sehari untuk mengambil bantuan di desa terdekat di Tapanuli Utara.
Laurensius menyebut, putusnya akses jalan itu membuat ekonomi warga lumpuh. Jalan tersebut merupakan jalan utama dari arah Medan menuju Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga. Jalur itu merupakan jalur untuk mengirim beras, sayur-sayuran, dan barang konsumsi lainnya dari ke Tapanuli Tengah dan Sibolga.
Sebaliknya, Sibolga dan Tapanuli Tengah menghasilkan ikan laut yang dikirim ke berbagai daerah ke Toba hingga Medan. Kawasan itu juga menghasilkan karet remah dan minyak sawit mentah. Komoditas ekspor itu dikirim melalui Jalan Tarutung-Sibolga yang kini terputus.
“Kami merupakan petani karet. Selama tiga pekan ini, kami tidak bisa menjual karet karena tidak ada tauke yang bisa masuk ke Tapanuli Tengah untuk mengambil karet kami,” kata Laurensius.
Laurensius menyebut, bencana banjir bandang dan longsor sangat memukul ekonomi masyarakat. Bencana itu juga memakan korban jiwa di sejumlah desa. Mereka tak pernah membayangkan akan menghadapi bencana dengan skala sebesar itu.
“Saat ini, warga di sejumlah daerah di Tapanuli Tengah dan Sibolga hidup mengharapkan bantuan. Tanaman karet kami rusak. Kalaupun ada yang bisa disadap, hasilnya tidak bisa dijual. Sawah-sawah juga banyak yang rusak,” kata Laurensius.
Staf Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera II Kementerian Pekerjaan Umum Saiful Anthony Sanopa mengatakan, mereka telah berhasil membuka Jalan Tarutung-Sibolga hingga ke daerah Sigarupu di Desa Rampa, Kecamatan Sitahuis.
Sebelumnya, Jalan Tarutung-Sibolga terputus dari Kilometer (Km) 14 hingga Km 62. Jalan terputus karena tertimbun longsor dan amblas di sekitar 50 lokasi. Saat ini, jalan sudah terbuka hingga sekitar Km 50.
Dari Sitahuis menuju Sibolga, seharusnya ada dua akses jalan menuju Sibolga. Namun, kedua jalan tersebut putus total karena longsor dan amblas di beberapa lokasi.
Salah satu titik yang terparah adalah jalan amblas sepanjang sekitar 100 meter di daerah Sigarupu. Jalan di punggung bukit itu amblas ke jurang sedalam sekitar 100 meter itu. “Jurangnya sangat terjal dan tidak bisa langsung ditimbun,” kata Saiful.
Kementerian Pekerjaan Umum masih terus berupaya membuka akses jalan nasional tersebut. Saat ini, Tapanuli Tengah dan Sibolga bisa diakses melalui jalan daruat melalui Jalan Pakkat-Barus di Kabupaten Humbang Hasundutan. Jalan itu sempat tertimbun longsor, tetapi sudah bisa dibuka.
Tapanuli Tengah juga bisa diakses melalui Kota Subulussalam, Aceh, menuju Tapanuli Tengah di Kecamatan Manduamas. Sementara, jalan nasional dari Tapanuli Selatan ke Tapanuli Tengah juga masih terputus di beberapa lokasi.



