PADANG, KOMPAS — Memasuki hari ke-19 tanggap darurat, 92 korban belum ditemukan dalam banjir bandang dan longsor di Sumatera Barat. Lumpur yang mengeras, cuaca tak menentu, dan minimnya alat berat jadi kendala tim SAR gabungan dalam operasi pencarian.
Berdasarkan data real time di laman gis.bnpb.go.id, hingga Sabtu (13/12/2025) pukul 17.30 WIB, ada 92 korban hilang dalam banjir bandang (galodo) dan longsor di Sumbar. Sebagian besar korban hilang berasal dari banjir bandang di Agam (57 orang) dan Padang Panjang (31 orang). Jumlah korban hilang di Sumbar lebih banyak dibanding Aceh (34 orang) dan Sumatera Utara (91 orang).
Kepala Kantor SAR Kelas A Padang Abdul Malik, mengatakan, Sabtu ini merupakan hari ke-20 operasi pencarian oleh tim SAR gabungan di Sumbar. Tim terus berupaya keras mencari korban meski menghadapi sejumlah kendala.
Dari segi medan, Abdul Malik menyebut, lumpur tebal yang bercampur batu dan kayu mulai mengeras. Dari segi cuaca, hujan kerap terjadi pada pagi dan sore sehingga waktu pencarian kurang optimal. Adapun dari segi alat berat, jumlahnya kurang dan kesulitan menembus lokasi tertentu.
“Dengan hampir puluhan hektar luas areal pencarian, harusnya banyak ekskavator yang masuk. Namun, dengan dinamika yang ada dan kemampuan kami bersama dengan provinsi, kami lakukan semaksimal mungkin untuk melakukan pencarian,” kata Abdul Malik, ketika dihubungi dari Padang.
Abdul Malik menyebut, pihaknya telah meminta kepada pemerintah daerah untuk menambah unit ekskavator di lokasi pencarian.
Sementara itu, dari segi jumlah tenaga, Abdul Malik mengatakan, meski sejumlah potensi SAR mulai pamit, jumlah tim dari Basarnas tidak berkurang. Total ada 178 personel Basarnas diterjunkan dari berbagai kantor SAR, mulai dari Padang, Pekanbaru, Palembang, Bengkulu, Jambi, hingga Banten.
Dengan berbagai kendala itu, Abdul Malik menyebut, operasi pencarian korban difokuskan ke titik-titik diduga korban berada saat bencana terjadi, terutama untuk galodo di Agam. “Apakah korban memang di dalam rumah atau beraktivitas di jalan lain. Koordinat awal ditentukan untuk memastikan kerja ekskavator lebih berguna di titik-titik duga,” ujarnya.
Abdul Malik menambahkan, masa operasi SAR terhadap korban hilang mengacu kepada masa tanggap darurat yang ditetapkan oleh Provinsi Sumbar. Sumbar telah memperpanjang masa tanggap darurat dari awalnya 14 hari dari 25 November-8 Desember 2025 ditambah 14 hari lagi, yaitu 9-22 Desember 2025.
Hujan berturut-turut lebih dari sepekan memicu banjir bandang dan longsor yang terjadi di berbagai daerah di Sumbar pada 26 dan 27 November 2025. Selain 92 korban hilang, BNPB mencatat, hingga Sabtu pukul 17.30, total ada 242 korban jiwa dan 382 korban luka-luka di Sumbar.
Dari total 242 korban jiwa, lebih dari tiga perempat korban berasal dari banjir bandang dan longsor di Agam, yaitu 184 orang. Selebihnya, korban berasal dari bencana di Padang Panjang (19 orang), Padang Pariaman (24 orang), Padang (11 orang), dan Pasaman (4 orang).
Agam juga merupakan kabupaten/kota yang paling banyak korban jiwa (184 orang) dalam banjir bandang dan longsor di Sumatera, di atas Aceh Utara (159 orang) dan Tapanuli Tengah (116 orang).
Di sisi lain, Pemerintah Kota Padang Panjang tidak memperpanjang masa tanggap darurat dan mulai memasuki masa transisi menuju pemulihan selama enam bulan ke depan.
Wali Kota Padang Panjang Hendri Arnis menyebut, peralihan status ini ditetapkan karena tujuh dari delapan poin kegiatan pada masa tanggap darurat tidak dilaksanakan lagi. Satu-satunya kegiatan yang masih berjalan adalah pencarian korban.
“Hari (Sabtu) ini kami semua sepakat untuk menurunkan status Tanggap Darurat menjadi Transisi Darurat Menuju Pemulihan di Kota Padang Panjang untuk enam bulan ke depan pada tahap awal,” kata Hendri, dalam siaran pers, Sabtu (13/12/2025).
Sekretaris Daerah Kota Padang Panjang Sonny Budaya Putra mengatakan, pada masa transisi ini pencarian korban tetap difokuskan di aliran sungai dari wilayah Padang Panjang hingga Padang Pariaman.
“Pencarian korban dapat dihentikan apabila telah ada surat keikhlasan tertulis bermaterai dari keluarga korban. Untuk korban yang berasal dari Padang Panjang, seluruhnya sudah ada. Sementara untuk korban dari luar Padang Panjang masih dalam proses,” kata Sonny.





