Melirik "Emas Cokelat" dari Hulu: Otentisitas Kerupuk Ikan Baung Kapuas Hulu

kumparan.com
8 jam lalu
Cover Berita

Bagi masyarakat Kalimantan Barat, perjalanan rasa sering kali mengalir dari hulu ke hilir, mengikuti aliran Sungai Kapuas yang membelah provinsi ini. Pontianak mungkin menjadi etalase kuliner yang gemerlap, namun rahasia kelezatan yang otentik sering kali tersimpan jauh di jantung pulau, salah satunya di Kabupaten Kapuas Hulu.

​Di tengah gempuran camilan modern berbumbu artifisial dan kerupuk pabrikan yang serba putih, ada satu panganan tradisional yang tetap bertahan dengan kekuatannya sendiri: kerupuk ikan air tawar. Namun, ini bukan sembarang kerupuk. Kita berbicara tentang kerupuk berwarna kecokelatan yang diolah langsung dari kekayaan sungai di hulu. Warna cokelat ini bukanlah cacat produksi, melainkan "emas" yang menandakan keaslian bahan baku.

​Identitas Ikan Baung: Lebih dari Sekadar Rasa

​Berdasarkan pengamatan kami terhadap geliat UMKM lokal, produk dari Kapuas Hulu ini memiliki ciri khas yang kuat. Produsen di sana tidak berusaha memutihkan produknya dengan bahan kimia agar terlihat bersih. Sebaliknya, mereka bangga dengan warna alami yang dihasilkan dari daging ikan sungai.

​Salah satu primadona yang digunakan adalah Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) atau jenis Manyung. Mengapa jenis ini dipilih? Dalam perspektif teknologi hasil perikanan, Ikan Baung memiliki karakteristik daging yang seratnya halus namun padat, serta memiliki aroma spesifik yang tidak anyir jika diolah dengan benar.

​Berbeda dengan kerupuk industri massal yang rasio tepungnya jauh lebih mendominasi daripada ikannya, kerupuk khas Kapuas Hulu ini menonjolkan rasa ikan yang dominan. Kandungan protein dari ikan Baung inilah yang menyebabkan kerupuk berwarna kecokelatan saat dijemur dan digoreng.

​Transparansi dan Keamanan Pangan

​Inilah yang dicari konsumen cerdas saat ini. Di era kesadaran pangan sehat, masyarakat merindukan rasa yang "asli" dan jujur. Label "Halal" dan komposisi yang transparan hanya ikan segar, tepung tapioka, telur, dan bumbu dasar menjadi jaminan mutu yang sederhana namun meyakinkan.

​Tidak adanya bahan pengawet buatan atau pemutih menjadikan produk ini aman dikonsumsi berbagai kalangan. Ini adalah nilai tambah yang harus terus dikembangkan. Bahwa kerupuk yang sehat tidak harus putih mengilap, tetapi yang membawa nutrisi protein ikan di dalamnya.

​Seni Menikmati Kerupuk Mentah

​Menariknya, banyak produk kerupuk unggulan dari hulu ini dipasarkan dalam bentuk mentah dengan instruksi sederhana: "Jemur dulu sebelum digoreng". Bagi sebagian masyarakat kota yang terbiasa dengan budaya serba instan (langsung makan), hal ini mungkin terdengar merepotkan.

​Namun, dalam perspektif kuliner dan teknologi pangan, ini adalah sebuah keunggulan. Menjual dalam bentuk mentah (kering) adalah strategi pengawetan alami paling efektif. Kadar air yang rendah meminimalisir pertumbuhan bakteri tanpa perlu bahan kimia.

​Selain itu, ada "seni" tersendiri dalam prosesnya. Konsumen diajak terlibat dalam penyajian. Proses menjemur kembali (re-drying) sesaat sebelum digoreng memastikan kerupuk mekar sempurna (volume expansion) dan memiliki tekstur renyah maksimal.

​Jembatan Ekonomi Hulu-Hilir

​Kehadiran kerupuk Ikan Baung khas Kapuas Hulu di pasar Pontianak adalah bukti nyata keberhasilan konektivitas ekonomi dan hilirisasi perikanan skala rakyat. Ini menunjukkan bahwa ikan hasil tangkapan nelayan sungai tidak harus selalu dijual segar yang berisiko cepat busuk dan harganya fluktuatif.

​Dengan diolah menjadi kerupuk, nilai jual ikan meningkat berkali-kali lipat (value added). Ini menciptakan lapangan kerja bagi warga di desa tempat produksi, sekaligus memberikan pendapatan lebih stabil bagi nelayan pencari ikan Baung. Produk desa yang diproduksi dengan cara tradisional ini terbukti mampu bersaing di pasar kota, bersanding dengan camilan modern.

​Tantangan dan Harapan

​Tentu tantangan ke depan tidak ringan. Konsistensi pasokan bahan baku ikan Baung yang bergantung pada musim dan alam menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Selain itu, inovasi kemasan (packaging) yang lebih modern dan pemanfaatan pemasaran digital (media sosial) perlu terus didorong agar jangkauan pasarnya makin luas.

Sebagai penutup, mari kita ubah mentalitas kita terhadap produk lokal. Bagi para pelaku UMKM di hulu, pertahankan keaslian resep warisan ini karena itulah kekuatan utamanya. Dan bagi kita penikmat kuliner di hilir, membeli sebungkus kerupuk ikan Baung dari Kapuas Hulu bukan sekadar membeli camilan. Itu adalah bentuk dukungan nyata terhadap denyut nadi ekonomi masyarakat yang hidup di tepian sungai terpanjang di Indonesia ini.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pemerintah Bakal Bangun Hunian Sementara untuk Warga Terdampak Bencana di Sumbar
• 15 jam lalubisnis.com
thumb
Gerindra NTB Dorong Seluruh Kader Jadi Pelopor Gerakan Antinarkoba
• 12 jam lalujpnn.com
thumb
Menkop Sebut 27 Ribu Kopdes Merah Putih Telah Rampung Dibangun
• 21 jam lalukumparan.com
thumb
7 Tips Pergi Liburan ke Luar Kota saat Natal 2025, Pastikan Sudah Persiapkan Hal Ini dari Jauh Hari
• 14 jam lalugrid.id
thumb
Prabowo Terima Keluhan Bencana Sumatra: Air Bersih-Tanggul Rusak
• 12 jam laluidntimes.com
Berhasil disimpan.