Apakah kamu pernah merasa lebih lelah saat bersama keluarga dibandingkan saat diluar rumah? Bukan karena lelah secara fisik, melainkan karena harus terus mempertahankan versi diri yang keluarga inginkan. Di rumah, harus menjadi anak yang patuh, kakak yang bijaksana, dan anggota keluarga yang selalu memiliki jawaban yang tepat untuk setiap situasi. Sedangkan di luar rumah, entah kenapa rasanya lebih mudah untuk sekadar menjadi diri sendiri.
Padahal, rumah seharusnya merupakan tempat paling aman untuk kita jadi apa adanya, bukan? Namun kenyataannya, keluarga justru menjadi tempat paling sulit di mana kita harus menampilkan diri sebaik-baiknya. Semua orang yang kita temui di jalan punya ekspektasi yang tinggi tentang siapa kita, tapi beberapa keluarga punya ekspektasi yang jauh lebih tinggi lagi terhadap kita.
Menjadi Sesuai Harapan, bukan Diri SendiriKeluarga mengenal kita sejak awal. Mereka tahu tentang semua kegagalan kita, semua kesalahan yang pernah dibuat, dan semua janji yang pernah diucapkan, tapi tidak ditepati. Karena itulah, ketika kita ingin berubah atau menunjukkan sisi baru dari diri kita, keluarga sering kali masih melihat kita dengan kacamata lama mereka.
Setiap keluarga punya standar yang tidak pernah tertulis, tapi selalu jelas: standar tentang seperti apa anak yang baik itu, seperti apa saudara yang bertanggung jawab itu, dan seperti apa keluarga yang baik itu.
Dan ketika kita tidak sesuai dengan standar mereka, entah secara sadar atau tidak, keluarga akan mengingatkan kita: "Kenapa kamu tidak seperti kakakmu?" "Anak perempuan seharusnya..." "Kita tidak pernah punya tradisi begitu di keluarga kita." Kata-kata seperti ini membuat kita sulit untuk menjadi diri sendiri dalam keluarga.
Padahal, terkadang yang kita inginkan hanya kebebasan untuk mencoba, untuk salah, dan untuk menemukan siapa kita sesungguhnya tanpa merasa harus mempertanggungjawabkan setiap keputusan kepada orang lain.
Takut Mengecewakan, Lebih dari Takut Menjadi Diri SendiriSebagian orang lebih takut mengecewakan keluarga daripada mengecewakan diri sendiri. Ketika seseorang dihadapkan pada dua pilihan: antara membuat orang tua senang, tapi membuat diri sendiri sedih, atau membuat diri sendiri bahagia, tapi membuat keluarga khawatir, dan beberapa orang akan memilih opsi pertama. Dan saya menyadari, banyak orang sekitar saya melakukan hal yang tersebut.
Ini bukan karena keluarga kita jahat atau tidak menyayangi kita. Justru sebaliknya. Karena mereka sangat menyayangi kita, mereka peduli dengan pilihan kita. Mereka ingin apa yang terbaik untuk kita. Namun kadang, "yang terbaik" menurut mereka berbeda dengan "yang terbaik" menurut kita. Dan di situlah konfliknya.
Masalahnya, kita mulai percaya bahwa jika kita tidak sesuai dengan harapan mereka, kita tidak layak untuk dicintai. Jadi, daripada mengambil risiko itu, beberapa orang merasa lebih aman untuk terus menampilkan diri yang benar menurut keluarga, walaupun itu bukan diri mereka yang asli. Kita tahu ini salah, tapi rasa takut membuat kita terus melakukannya.
Kejujuran yang MenakutkanKita selalu diberitahu bahwa keluarga adalah tempat terbaik untuk berbagi rahasia, menunjukkan kerentanan, dan bersikap jujur. Namun kenyataannya? Ketika beberapa orang mencoba bercerita jujur tentang kegagalannya kepada orang tua, malah menjadi perkataan yang digunakan untuk melawan kita di kemudian hari. "Lihat, benar kan, udah dibilangin kan!"
Atau ketika kita mencoba menunjukkan bahwa kita sedang kesulitan secara mental, hasilnya adalah mereka menjadi lebih khawatir dan mulai mengontrol hidup kita lebih ketat, atau bahkan ada yang mengatakan bahwa kita berlebihan. Jadi, kejujuran di rumah tidak selalu aman bagi sebagian orang. Sebaliknya, justru ada beberapa hal yang lebih mudah diceritakan kepada teman atau bahkan orang asing daripada kepada keluarga sendiri.
Aneh, bukan? Padahal, keluarga seharusnya jadi tempat paling aman.
Keluarga Adalah RumahSaya tidak bilang orang tua atau keluarga kita jahat atau tidak pantas kita cintai. Mereka melakukan yang terbaik dengan pengetahuan yang mereka miliki pada saat itu. Namun kenyataannya, keluarga sering kali menjadi tempat paling sulit untuk kita menjadi diri sendiri karena ekspektasi, sejarah, dan cinta yang terlalu dalam.
Jadi bagaimana caranya? Bagaimana kita bisa tetap menyayangi keluarga sembari mempertahankan diri kita sendiri? Mungkin jawabannya adalah dengan perlahan-lahan membangun keberanian untuk menjadi jujur tentang siapa kita, meskipun takut dengan reaksi mereka.
Mungkin juga dengan menerima bahwa tidak semua ekspektasi mereka harus kita penuhi dan itu bukan berarti kita tidak berbakti. Mungkin juga keluarga perlu belajar untuk melihat kita bukan seperti apa yang mereka mau, melainkan seperti apa diri kita sebenarnya.
Karena pada hakikatnya, keluarga adalah rumah bagi seseorang yang mana mereka berhak menjadi diri mereka sendiri. Jika keluarga benar-benar mencintai kita, mereka akan belajar untuk menerima itu juga.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5442670/original/096213000_1765556052-IMG_6604.jpeg)
