Outstanding Pembiayaan Pinjol Melonjak, Begini Saran agar TWP90 Terjaga

bisnis.com
21 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Industri pinjaman daring (pindar) diprediksi menghadapi tantangan besar pada 2026 seiring meningkatnya risiko gagal bayar, yang tecermin dari lonjakan rasio tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90).

Menurut Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, TWP90 naik karena beban bunga tinggi dan tekanan mental peminjam (borrower), terutama di sektor konsumtif yang masih dominan.

“Kualitas penyaluran jelek karena UMKM rentan dan persaingan antar-platform makin brutal dengan pinjaman online [pinjol] ilegal yang tidak terbendung,” tuturnya kepada Bisnis, Minggu (14/12/2025).

Dengan itu, dia menekankan otoritas memiliki tugas atau PR untuk menangani akar masalah seperti data borrower yang buruk. Baginya, jika ini tidak diatasi dengan segera, maka industri bisa kolaps karena kasus gagal bayar menyeruak.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Oleh karena itu, dia mengingatkan para penyelenggara pindar harus fokus dan secara ketat melakukan penilaian kredit, memprioritaskan sektor produktif seperti UMKM, dan memitigasi risiko dengan asuransi serta monitoring dinamis.

Menurut Heri, cara-cara tersebut bisa membuat outstanding pembiayaan tumbuh beriringan dengan terjaganya TWP90. Pasalnya, selama ini banyak platform yang hanya mengejar volume outstanding daripada kualitas. 

Baca Juga

  • Tidak Bayar Pinjol, Ini Dampak dan Risiko Hukumnya
  • Daftar 95 Pinjol Resmi OJK Desember 2025, Dijamin Aman
  • Survei Segara: Warga RI Lebih Senang Pinjam Uang ke Keluarga daripada Pinjol

“Kolaborasi dengan OJK dan gunakan AI presisi penting, tapi perlu transparansi dan literasi borrower. Jadi, prioritaskan sustainability,” kata dia. 

Lebih lanjut, dia membeberkan inovasi paling strategis yang kini bisa dilakukan pindar adalah mengimplementasikan artificial intelligence (AI) dan credit scoring, dengan menggunakan data alternatif seperti media sosial atau transaksi digital.

“Tapi karena implementasi di Indonesia sering setengah hati, risikonya privasi data bocor atau bias algoritma yang malah diskriminasi borrower. Mitigasi risiko lewat machine learning bagus, tapi kalau tak diimbangi regulasi ketat, ini cuma gimmick,” bebernya.

Lebih jauh, Heru menilai pendorong utama untuk pertumbuhan industri pindar 2026 adalah pembiayaan UMKM dan penguatan regulasi. Di satu sisi, dia turut mengingatkan bahayanya pinjol ilegal yang masih merajalela dan ekonomi global lesu bisa menghambat ekspansi.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Sekjen PBB hingga Menlu AS Kutuk Penembakan Bondi Beach, Sydney, Australia
• 23 jam lalubisnis.com
thumb
Rahasia Tampil Lebih Segar Tanpa Ubah Bentuk Wajah, Ini Tren Anti Aging yang Bakal Booming di 2026
• 16 jam laluviva.co.id
thumb
Layanan SIM Keliling Hari Ini 15 Desember 2025 di Jakarta Tersedia di Lima Lokasi, Salah Satunya di Kantor Pos Lapangan Banteng
• 12 jam lalutvonenews.com
thumb
Gol Mason Greenwood Antar Marseille Kalahkan Monaco dan Naik ke Peringkat Ketiga Ligue 1
• 11 jam lalupantau.com
thumb
Ketua Fraksi Golkar MPR RI Sambut Pembentukan Tim Reformasi Polri
• 20 jam laludetik.com
Berhasil disimpan.