Keterbatasan Instrumen Berperingkat Tinggi Jadi Tantangan Investasi Asuransi Syariah

bisnis.com
18 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Keterbatasan instrumen investasi syariah dengan peringkat tinggi menjadi tantangan utama dalam pengelolaan portofolio asuransi di tengah dinamika ekonomi global yang kian fluktuatif.

Sekretaris Perusahaan Jasindo Syariah, Wahyudi menuturkan akibat hal tersebut perusahaan harus lebih cermat dalam menyeleksi aset yang benar-benar memenuhi standar keamanan dan kepatuhan syariah.

“Di sisi lain, pergerakan pasar yang cukup fluktuatif juga menuntut kami untuk lebih adaptif dalam mengatur durasi dan komposisi portofolio,” ungkapnya kepada Bisnis, dikutip Minggu (14/12/2025).

Adapun, strategi yang digunakan adalah melakukan diversifikasi yang lebih terukur pada instrumen syariah yang aman dan likuid, serta peningkatan pemantauan pasar supaya setiap keputusan investasi benar-benar berbasis data dan analisis yang matang. 

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

“Kami juga terus memperkuat kolaborasi dengan manajer investasi dan mitra strategis, sehingga dapat membuka akses yang lebih luas terhadap instrumen-instrumen syariah yang berkualitas,” ucap Wahyudi.

Tidak sampai di situ, dia turut membeberkan perusahaannya menerapkan pendekatan manajemen risiko yang disiplin dan berlapis, sehingga bisa cepat merespons setiap perubahan yang ada di pasar, tanpa harus mengorbankan prinsip kehati-hatian.

Cara-cara tersebut, tegas Wahyudi, dilakukan sebagai komitmen untuk menjaga dana peserta dan memastikan portofolio tetap berada pada posisi yang sehat dan berorientasi jangka panjang.

“Kami percaya bahwa melalui kolaborasi, kesiapan, dan pemantauan yang konsisten, perusahaan dapat menghadapi tantangan yang ada sekaligus mempertahankan kinerja investasi yang stabil dan berkelanjutan,” tegasnya.

Lebih jauh, dia menekankan bahwa pada 2026 mendatang pihaknya memilih instrumen investasi yang sudah terbukti memberikan stabilitas, teruji, dan adaptif terhadap perubahan pasar.

Adapun, instrumen yang dimaksudnya seperti Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara dan Sukuk Korporasi dengan kualitas kredit yang baik. 

“Instrumen-instrumen ini memberikan kombinasi yang nyaman antara keamanan, kepatuhan syariah, dan kestabilan imbal hasil, sesuatu yang sangat kami prioritaskan dalam mengelola dana peserta,” bebernya.

Sebagai informasi, OJK menyampaikan sampai dengan Oktober 2025 hasil investasi perusahaan asuransi dan reasuransi syariah mencapai Rp2,73 triliun atau 13,8% dari rata-rata investasi tahun 2025.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono membeberkan portofolio investasi perusahaan asuransi dan reasuransi syariah didominasi oleh SBSN yang mencapai 43,0%.

“Diikuti oleh saham sebesar 19,2%, deposito sebesar 16,6%, reksa dana sebesar 12,1%, dan sukuk korporasi sebesar 8,8%,” katanya dalam lembar jawaban RDK Oktober 2025, dikutip pada Jumat (5/12/2025).


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Fadli Zon: Sejarah Indonesia Dijajah Belanda 350 Tahun Termasuk yang Direvisi
• 22 jam lalukumparan.com
thumb
Update Klasemen Perolehan Medali SEA Games 2025, 14 Desember 2025: Tim Indonesia Terus Menjauh dari Vietnam
• 18 jam lalutvonenews.com
thumb
Ketua Komisi III DPR: Perpol 10 Tahun 2025 Konstitusional dan Sejalan dengan Putusan MK
• 4 jam lalusuara.com
thumb
Kemenkes Ajak Komunitas Perkuat Budaya Aktif dan Sehat
• 17 jam lalutvrinews.com
thumb
Kemenhub Buka Pendaftaran Mudik Gratis Nataru 2025/2026, Sediakan 3.090 Kuota Penumpang dan 60 Angkut Motor
• 12 jam lalupantau.com
Berhasil disimpan.