Presiden Volodymyr Zelensky menjelang pertemuan dengan utusan Amerika Serikat dan para sekutu Eropa di Berlin, mengindikasikan kesiapan untuk melepaskan ambisi lamanya bergabung dengan NATO sebagai imbalan atas jaminan keamanan dari negara-negara Barat.
Zelenskyy pada Minggu menyebut usulan tersebut sebagai sebuah konsesi dari Kyiv, setelah selama bertahun-tahun mendorong keanggotaan NATO sebagai penangkal terkuat terhadap potensi serangan Rusia di masa depan.
Ia mengatakan Amerika Serikat, mitra-mitra Eropa, dan sekutu lainnya dapat memberikan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum sebagai gantinya.
“Sejak awal, keinginan Ukraina adalah bergabung dengan NATO; itulah jaminan keamanan yang nyata. Namun, sebagian mitra dari AS dan Eropa tidak mendukung arah tersebut,” kata Zelensky menanggapi pertanyaan wartawan dalam sebuah obrolan WhatsApp dilansir Aljazeera, Senin (15/12).
“Karena itu, saat ini jaminan keamanan bilateral antara Ukraina dan AS, jaminan dari AS yang mirip dengan Pasal 5, serta jaminan keamanan dari rekan-rekan Eropa dan negara-negara lain—Kanada dan Jepang—menjadi peluang untuk mencegah invasi Rusia lainnya,” ujarnya.
“Dan itu sudah merupakan sebuah kompromi dari pihak kami,” tambah Zelensky, seraya menegaskan bahwa jaminan-jaminan tersebut harus bersifat mengikat secara hukum.
Langkah ini akan menandai perubahan signifikan bagi Ukraina, yang selama ini mengupayakan keanggotaan NATO meskipun Moskow memandang perluasan aliansi tersebut sebagai ancaman.
Meski langkah itu sejalan dengan salah satu tujuan perang Rusia yang telah dinyatakan, Kyiv tetap menolak tuntutan untuk menyerahkan wilayahnya.
Zelensky mengatakan ia menginginkan perdamaian yang “bermartabat” serta jaminan kuat bahwa Rusia tidak akan melancarkan serangan lagi, di tengah para diplomat yang berkumpul untuk membahas konflik yang berpotensi menjadi yang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II. Ia juga menuduh Moskow memperpanjang perang melalui serangan berkelanjutan terhadap kota-kota Ukraina dan infrastruktur vital.




