Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menaruh harapan besar pada momen libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) untuk mendongkrak kinerja industri perhotelan.
Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran, optimistis tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel dapat melonjak signifikan di penghujung tahun ini.
Maulana memproyeksikan, meskipun terdapat sejumlah tantangan, antusiasme masyarakat untuk berlibur tetap tinggi.
Ia menargetkan okupansi hotel secara rata-rata bisa menyentuh angka 70 hingga 80 persen pada masa puncak liburan (peak season) nanti.
“Kita berharap, di liburan Natal nanti, bisa mencapai sekitar 70-80 persen okupansinya,” tutur Maulana kepada kumparan, Minggu (14/12).
Harapan kenaikan okupansi ini menjadi angin segar di tengah tantangan bencana alam yang melanda beberapa wilayah, seperti Sumatera Barat.
Maulana mengakui bencana tersebut memengaruhi pergerakan wisatawan, mengingat Sumbar merupakan destinasi favorit bagi masyarakat di wilayah sekitarnya seperti Jambi dan Pekanbaru. Namun, ia tetap yakin secara nasional kinerja akhir tahun akan terdongkrak.
Jadi Penawar Kinerja 2025
Optimisme di akhir tahun ini diharapkan menjadi penawar bagi kinerja sektor perhotelan dan restoran sepanjang 2025 yang dinilai cukup berat. Maulana mengungkapkan bahwa secara umum, kinerja tahun 2025 mengalami tekanan yang membuatnya hampir serupa dengan kondisi saat pandemi COVID-19 atau setara dengan torehan tahun 2022.
Dari sisi rata-rata okupansi tahunan, kinerja 2025 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika pada 2024 okupansi bisa mencapai sekitar 50 persen, pada 2025 angkanya diprediksi terkoreksi menjadi mendekati level 2023, yakni di kisaran 45 persen.
Maulana menjelaskan, salah satu faktor utama penekan kinerja tahun ini adalah langkah efisiensi anggaran pemerintah. Berkurangnya kegiatan perjalanan dinas serta agenda Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) dari instansi pemerintah berdampak langsung pada pendapatan hotel.
“Kita melihat dinamika pasar hotel itu kan adalah dari aktivitas pemerintah. Tekanannya cukup dalam juga dari tahun 2025 dan secara reguler, kita melihatkan banyak kehilangan,” ungkapnya.
Kendati demikian, PHRI menatap tahun 2026 dengan lebih positif. Maulana berharap pemerintah dapat mulai menggenjot belanja dan kegiatan MICE sejak kuartal pertama tahun depan untuk memulihkan gairah industri pariwisata.
“Tahun depan itu harapan kita pemerintah melakukan belanjanya di kuartal I. Kita berharap dengan kondisi 2026 ini bisa lebih baik lagi okupansinya,” pungkasnya.



