TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com – Bau menyengat dari tumpukan sampah menjadi bagian dari keseharian warga Tangerang Selatan (Tangsel) dalam sepekan terakhir.
Dari kolong flyover Ciputat hingga depan Puskesmas Serpong 1, sampah yang belum terangkut tak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berdampak langsung pada aktivitas ekonomi dan layanan kesehatan.
Di kolong flyover Ciputat, tepatnya di Jalan Ir H Juanda, tumpukan sampah berjajar dan kini ditutup terpal biru.
Penutupan dilakukan oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tangsel bersama pihak Kecamatan Ciputat dan Kelurahan Cipayung pada Minggu pagi.
Baca juga: Sampah Sepekan Tak Diangkut Bikin Bau, Omzet Rumah Makan di Ciputat Merosot
Namun, bagi warga sekitar, langkah itu belum menyentuh persoalan utama.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=tangerang selatan, bau sampah, flyover ciputat, sampah tangsel, Puskesmas Serpong&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xNS8wNzM3MjkwMS9uZXN0YXBhLXdhcmdhLXRhbmdzZWwtaGlkdXAtZGktYW50YXJhLXNhbXBhaC1kYW4tYmF1LW1lbnllbmdhdA==&q=Nestapa Warga Tangsel, Hidup di Antara Sampah dan Bau Menyengat§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Pemilik warung makan yang berada tepat di seberang tumpukan sampah, Agus Warsojeniawan (57), mengatakan penutupan tersebut hanya bertujuan mengurangi bau.
“Sempat ngobrol sama ini cuma katanya untuk mengurangi dampak bau ini,” ujar Agus saat ditemui di kolong flyover Ciputat, Tangerang Selatan, Minggu (14/12/2025).
penutupan dengan terpal tidak serta-merta menyelesaikan masalah karena sampah tetap tidak diangkut. Bau busuk masih tercium, terutama saat angin berembus.
“Ditutup saja, tapi sampahnya tidak diangkut,” kata Agus.
Ia menggambarkan bau itu datang silih berganti, berhembus angin yang masuk ke dalam tempat usahanya.
“Kadang-kadang kalau ada angin, baunya nyengat ke dalam, habis itu hilang, nanti nyengat lagi,” jelasnya.
Kondisi tersebut berdampak langsung pada usaha Agus. Selama hampir satu pekan, omzet warung makannya menurun karena pelanggan enggan makan di tempat.
Baca juga: Tak Diangkut Hampir Sepekan, Ini Penyebab Sampah Numpuk di Ciputat dan Serpong
“Dari omzet aja yang biasa katakanlah sampai Rp 3 juta, mungkin Rp 2,5 juta. Mungkin penurunannya sekitar 20-30 persen kayaknya,” ungkap Agus.
Selain bau, belatung mulai keluar dari tumpukan sampah dan menambah ketidaknyamanan.
“Belatung sudah ada. Kita orang jualan makanan jadi enggak nyaman,” kata dia.



