Bisnis.com, CIREBON- Pasar perhotelan Kabupaten Cirebon mulai bergerak menjelang liburan akhir tahun, meski pemulihannya belum merata. Data Oktober 2025 menunjukkan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang menguat dibanding September 2025, sementara hotel nonbintang justru tertahan.
Secara tahunan, seluruh klasifikasi masih berada sedikit di bawah capaian Oktober 2024.
TPK hotel bintang tercatat 55,39%. Angka ini naik 6,81 poin dari September 2025 yang berada di 48,58%, namun turun tipis 0,29 poin dibanding Oktober 2024 sebesar 55,68%. Kenaikan bulanan dipicu agenda event dan meningkatnya perjalanan dinas serta wisata menjelang akhir tahun.
Di sisi lain, perbandingan tahunan memperlihatkan pola okupansi yang relatif datar, menandakan pasar hotel bintang cenderung mengulang ritme yang sama setiap memasuki kuartal penutup.
Berbeda dengan itu, hotel nonbintang mengalami tekanan. TPK Oktober 2025 tercatat 26,56%, turun 1,57 poin dari September 2025 sebesar 28,13% dan lebih rendah 6,02 poin dari Oktober 2024 yang mencapai 32,58%.
Segmen tarif terjangkau ini belum menikmati limpahan permintaan seperti hotel bintang, padahal periode liburan kerap diasosiasikan dengan lonjakan perjalanan keluarga dan rombongan.
Baca Juga
- Danantara Akuisisi Hotel Novotel dan Lahan Strategis di Makkah, Arab Saudi
- Pengusaha Hotel & Pedagang Ramai-Ramai Tolak Raperda KTR Jakarta
- Catat Full Promo Pertamina Libur Nataru : BBM, Bright Gas, hingga Hotel
Secara gabungan, TPK hotel bintang dan nonbintang berada di 46,29%. Angka ini naik 4,17 poin dibanding September 2025 sebesar 42,12%, namun turun 0,90 poin dari Oktober 2024 yang mencapai 47,19%. Pergerakan tersebut mencerminkan pemulihan bertahap jelang akhir tahun, meski belum cukup kuat untuk melampaui capaian tahun lalu.
Kepala BPS Kabupaten Cirebon, Januwarto Wibowo, menilai dinamika Oktober selaras dengan pola musiman.
“Aktivitas perjalanan mulai meningkat mendekati libur akhir tahun, terutama pada hotel bintang yang banyak menyerap event dan perjalanan dinas. Namun daya dorongnya belum merata ke hotel nonbintang,” ujarnya, Senin (15/12/2025).
Gambaran setahun terakhir memperkuat kesimpulan itu. Titik terendah TPK terjadi pada Maret 2025 di seluruh klasifikasi. Hotel bintang hanya 32,09%, nonbintang 20,97%, dan gabungan 28,58%.
Sebaliknya, puncak okupansi tercatat pada Desember 2024. Hotel bintang mencapai 56,33%, nonbintang 34,68%, dan gabungan 47,35%. Setelah anjlok di awal tahun, pasar sempat bangkit pada April 2025 lalu bergerak fluktuatif hingga Oktober kembali mendekati level tinggi.
Rata-rata lama menginap turut memberi sinyal kehati-hatian. Pada Oktober 2025, tamu hotel di semua klasifikasi menginap rata-rata 1,06 malam, sedikit turun dari September 2025 sebesar 1,12 malam dan Oktober 2024 sebesar 1,08 malam. Hotel bintang mencatat 1,08 malam, menurun dari 1,15 malam pada September.
Tamu asing di hotel bintang justru menginap lebih lama dibanding September, naik 0,56 malam, meski lebih pendek dari lonjakan Oktober 2024 yang dipengaruhi kerja sama industri rotan. Hotel nonbintang stabil di 1,00 malam dan didominasi tamu domestik.
Januwarto menekankan momentum liburan akhir tahun perlu dimaksimalkan.
“Promosi terarah, penguatan event lokal, dan pengembangan destinasi baru penting agar lonjakan permintaan tidak berhenti di hotel bintang saja,” katanya.




