KOMPAS.TV — Pameran SWANTHARA resmi dibuka di Selasar Sunaryo Art Space sebagai bagian dari perayaan empat dekade perjalanan Arsitektur Hijau, organisasi mahasiswa Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan yang sejak 1985 berfokus pada pendokumentasian arsitektur vernakular Indonesia.
Pameran ini tidak hanya menghadirkan hasil dokumentasi dari berbagai ekspedisi, tetapi juga menawarkan ruang refleksi mengenai hubungan manusia, budaya, dan ruang di berbagai penjuru Nusantara.
Nama SWANTHARA berasal dari gabungan kata Sanskerta: Sancaya (merajut), Swa (identitas), Antara (ruang), Nara (manusia), dan Samsthana (budaya). Sehingga, SWANTHARA menggambarkan ruang yang mempertemukan manusia dan budaya, pengingat bahwa arsitektur tidak hanya berupa bentuk fisik, tetapi juga cerminan cara hidup dan nilai-nilai suatu masyarakat.
Di tengah arus globalisasi, modernisasi, dan homogenisasi bentuk bangunan, SWANTHARA mengingatkan pentingnya menjaga jati diri arsitektur Indonesia. Pameran ini membuka kembali pemahaman tentang bagaimana manusia, budaya, dan lingkungan membentuk ruang, serta bagaimana nilai-nilai tersebut tetap relevan untuk diolah dalam konteks masa kini.
Arsitektur Vernakular: Bergerak dan Beradaptasi
Arsitektur vernakular lahir dari kemampuan masyarakat membaca alam dan kebutuhan hidupnya. Ia terbentuk oleh nilai, pengalaman, dan kebiasaan yang diwariskan lintas generasi. Meski berakar pada tradisi, arsitektur ini terus berkembang melalui proses adaptasi, mengikuti perubahan zaman tanpa kehilangan makna dasarnya.
Dalam konteks sosial dan ekologis yang terus berubah, arsitektur vernakular menunjukkan relevansinya sebagai bentuk keseimbangan antara manusia, budaya, dan lingkungan. Melalui pameran ini, pengunjung dapat melihat bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterjemahkan dalam bentuk ruang, material, serta pola hidup masyarakat di berbagai daerah.
Ruang sebagai Arsip Budaya
Pameran SWANTHARA juga menyoroti bagaimana ruang menjadi refleksi budaya. Dari tata orientasi rumah, fungsi ruang dalam rumah adat, hingga pola interaksi sosial, setiap pengaturan ruang memuat nilai, struktur sosial, dan cerita kolektif.
Ruang-ruang ini bukan sekadar fisik, tetapi “arsip hidup” yang selalu berubah mengikuti dinamika masyarakat. Di dalamnya tersimpan kisah tentang kebersamaan, ritus, dan cara manusia memahami keberadaan. SWANTHARA mengajak pengunjung membaca ruang sebagai bahasa budaya yang berbicara tentang identitas dan perjalanan suatu komunitas.
Penulis : Adv-Team
Sumber : Kompas TV
- SWANTHARA
- Arsitektur Vernakuler
- Arsitektur Hijau
- Pameran

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5442614/original/027307500_1765547343-9.jpg)

