Nyaris Masuk Timnas Jepang, Yuri Hayashi Kini Jadi Pelatih Panahan di Yogyakarta

kumparan.com
15 jam lalu
Cover Berita

Di bawah teriknya matahari Kota Kudus siang itu, seorang perempuan bertopi berdiri di pinggir lapangan Supersoccer Arena. Pandangannya tak pernah lepas dari anak-anak yang bersiap melepas anak panah dalam MilkLife Archery Challenge (MLARC) KEJURNAS Antar Club 2025, sebuah kompetisi yang digagas Persatuan Panahan Indonesia (Perpani), MilkLife, dan Djarum Foundation pada 9-19 Desember.

Sesekali ia membisikkan arahan, menepuk pundak atletnya setelah melepaskan anak panah, lalu bertepuk tangan begitu pertandingan usai. Pergerakannya tenang, namun matanya selalu siaga mengikuti setiap anak panah yang melesat dari tangan atlet didikannya.

Perempuan itu bernama Yuri Hayashi, pelatih klub Selabora FIKK UNY asal Yogyakarta. Lahir di Prefektur Aichi, Jepang, pada 24 Mei 1999, Yuri datang langsung ke 'Kota Kretek' untuk mendampingi atlet-atlet mudanya yang bertanding di Divisi Nasional MLARC KEJURNAS Antar Club 2025.

Namun, jauh sebelum berdiri di pinggir lapangan Kudus, Yuri pernah berada sangat dekat dengan level tertinggi panahan di negaranya. Kepada kumparan, ia mengungkapkan bahwa dirinya nyaris saja menjadi bagian dari Timnas Panahan Jepang.

Gabung Panahan Sejak Dini, Ikut Seleksi Timnas

Perjalanan Yuri di dunia panahan dimulai sejak usia yang sangat muda. Awalnya, ia tertarik dengan seni bela diri panahan dari Jepang yang bernama Kyudo. Namun, keterbatasan fasilitas di sekitar tempat tinggalnya membuat Yuri harus mengambil jalur lain.

"Saya mulai ikut grup panahan waktu umur 10. Sebenarnya saya tertarik Kyudo, tapi lapangan latihannya tidak ada di dekat rumah. Jadi, saya ikut panahan biasa," kata Yuri kepada kumparan di Supersoccer Arena, Kudus, Jumat (12/12).

Dari situlah, Yuri langsung menemukan sesuatu yang membuatnya jatuh cinta pada panahan.

"Waktu pertama kali menembak, saya sangat menikmati. Meskipun masih kecil, saya merasa panahan itu bagus untuk mental. Jadi saya mau lanjut," ujarnya.

Ketertarikan tersebut berkembang menjadi keseriusan. Saat hendak masuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Yuri mendapat kesempatan bergabung dengan salah satu grup panahan terbaik di Jepang.

"Waktu itu, saya pikir, kalau saya terima kesempatan ini, saya bisa melihat dunia baru," ucapnya.

Yuri terus menekuni panahan hingga akhirnya pada saat dirinya berusia 17 tahun, ia mencoba peruntungan di seleksi tim nasional Jepang. Sayangnya, langkah itu belum membawanya ke hasil yang ia impikan.

"Waktu itu, mental saya belum bagus. Jadi, saya tidak bisa masuk timnas," ungkap Yuri.

Kegagalan tersebut tak membuatnya menyerah dan berhenti begitu saja. Justru dari sana, arah hidup Yuri perlahan bergeser. Ia mulai melihat peran lain yang bisa dijalaninya di dunia panahan.

"Saya merasa pengalaman saya bisa membantu atlet lain. Jadi, saya mau jadi pelatih. Saya mau melatih anak-anak kecil, karena mental itu harus dibangun dari kecil," tuturnya.

Dari Jepang ke Yogyakarta

Kesempatan besar datang kepada perempuan berusia 26 tahun tersebut. Pada September 2024, ia mengikuti program JICA, kerja sama kepelatihan antarnegara. Melalui program itu, Yuri bergabung dengan Selabora FIKK UNY, sebuah klub panahan di Yogyakarta.

"Sebenarnya saya belum pernah datang ke Indonesia. Tapi, saya mau ikut Selabora dan bantu anak-anak di Indonesia," ucap Yuri.

Rasa ingin tahu terhadap budaya Indonesia juga menjadi alasan kuat di balik keputusannya menempuh perjalanan ribuan kilometer.

"Saya juga sangat tertarik dengan budaya Indonesia. Jadi, saya mau datang ke sini untuk belajar," ujarnya.

Meski menjadi satu-satunya pelatih asing di klub, Yuri tak membutuhkan waktu lama untuk beradaptasi. Lingkungan yang suportif membuatnya merasa diterima sejak awal.

"Di Selabora banyak pelatih dan mereka sangat membantu saya. Teman-teman selalu membantu. Saya sangat bersyukur bisa dapat kesempatan di sini," ungkap Yuri.

"Di klub lain, teman-teman juga selalu salaman sama saya. Sangat sangat suka budaya di sini," imbuhnya.

Tantangan Melatih Anak-Anak

Bagi Yuri, tantangan terbesar dalam melatih atlet usia dini bukanlah teknik, melainkan mental. Setiap anak, menurutnya, punya karakter berbeda yang membutuhkan pendekatan khusus.

"Mental mereka belum kuat, belum stabil. Jadi, pelatih harus bantu. Pelatih harus berpikir, mau kasih kata-kata apa supaya mereka semangat," kata Yuri.

Pengalaman pribadinya yang sempat gagal di level tertinggi membuat Yuri menaruh perhatian besar pada aspek mental. Ia percaya, fondasi psikologis yang kuat harus dibangun sejak usia dini.

MLARC dan Kudus

Sebelum tiba di Kudus, Yuri Hayashi sudah akrab dengan atmosfer berbagai turnamen panahan di Indonesia, mulai dari skala kecil hingga besar; dari level daerah, hingga ajang yang mempertemukan atlet-atlet muda dengan tekanan kompetisi sesungguhnya.

Perannya selalu sama: berdiri di pinggir lapangan, mengamati, menenangkan, sekaligus memberi arahan kecil untuk anak-anak asuhnya.

Peran itu kembali ia jalani di MilkLife Archery Challenge (MLARC) KEJURNAS Antar Club 2025. Di Supersoccer Arena, Yuri mendampingi atlet Selabora FIKK UNY yang turun di Divisi Nasional kelompok usia U-10, U-13, U-15, dan U-18.

Soal penyelenggaraan, Yuri menilai turnamen seperti MLARC memberi pengalaman berharga yang jarang didapat atlet usia dini di Indonesia.

"Lomba ini untuk pengalaman anak-anak sangat bagus. Karena lomba seperti ini, yang besar, biasanya susah membuat. Di sini, anak-anak bisa belajar tantangan lomba, belajar menunggu, dan belajar menghadapi tekanan," ucap Yuri.

Ia pun berharap ajang serupa bisa digelar secara rutin. "Setahun sekali kalau ada lomba seperti ini, menurut saya sangat bagus."

Fasilitas di Supersoccer Arena juga tak luput dari perhatiannya. Menurut Yuri, venue di MLARC memiliki standar yang tak kalah dengan kompetisi internasional.

"Fasilitas stadion ini sangat bagus. Ada monitor dan rumput-rumput. Seperti lomba internasional. Keren," pungkasnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Seorang Ibu di Tapsel Minta Bantuan Polisi Cari Anaknya yang Tertimbun Longsor | SAPA PAGI
• 18 jam lalukompas.tv
thumb
Bareskrim Jelaskan soal Gelondongan Kayu di Desa Angoli & Garoga, Tapsel
• 11 jam lalukumparan.com
thumb
Kebakaran di Pasar Induk Kramat Jati sebabkan kerugian Rp10 miliar
• 11 jam laluantaranews.com
thumb
Jet Tempur Thailand Bombardir Pusat Judi Online Kamboja
• 16 jam laluidxchannel.com
thumb
Green Peace & Ito Sumardi soa Modus Perusahaan-Pegawai Kemenhut yang Sebabkan Banjir Sumatera
• 7 jam lalukompas.tv
Berhasil disimpan.