Kyiv: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut jaminan keamanan bilateral dengan Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa, serta mitra lain sebagai bentuk “kompromi” atas ambisi lama Kyiv untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pernyataan tersebut disampaikan Zelensky kepada wartawan pada Minggu, 14 Desember.
Zelensky menegaskan bahwa Ukraina sejak lama memandang keanggotaan NATO sebagai sumber “jaminan keamanan yang nyata.” Namun, ia mengakui bahwa hingga kini belum seluruh mitra Ukraina di Amerika Serikat dan Eropa memberikan dukungan penuh terhadap langkah tersebut.
Sebagai alternatif, Ukraina kini menempuh jalur jaminan keamanan bilateral, terutama dengan Washington. Zelensky menyebut skema yang diupayakan sebagai “jaminan mirip Pasal 5,” merujuk pada Pasal 5 Traktat Atlantik Utara yang mengatur prinsip pertahanan kolektif NATO. Ukraina dan NATO Selain Amerika Serikat, Zelensky menyebut negara-negara Eropa serta mitra lain seperti Kanada dan Jepang sebagai pihak yang diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan serupa.
“Jaminan keamanan ini adalah peluang bagi kami untuk mencegah gelombang agresi Rusia berikutnya. Dan ini sudah merupakan kompromi dari pihak kami,” kata Zelensky, seperti dikutip Anadolu Agency, Senin, 15 Desember 2025.
Pernyataan tersebut menandai pergeseran penting dalam pendekatan Ukraina terhadap NATO. Sebelumnya, ambisi keanggotaan aliansi militer tersebut bahkan telah dimasukkan ke dalam Konstitusi Ukraina melalui amendemen yang disetujui parlemen pada 2019.
Rusia selama ini secara konsisten menentang kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut langkah tersebut sebagai “ancaman langsung” terhadap keamanan Moskow, beberapa hari sebelum Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Pernyataan Zelensky disampaikan di tengah pembahasan rencana perdamaian yang diusulkan Amerika Serikat. Diskusi lanjutan dijadwalkan berlangsung di Berlin, Jerman. Kanselir Jerman Friedrich Merz dijadwalkan menjadi tuan rumah pertemuan dengan Zelensky dan sejumlah pemimpin Eropa pada Senin. Gencatan Senjata Juru bicara pemerintah Jerman Stefan Kornelius mengatakan Merz akan lebih dulu menggelar pertemuan bilateral dengan Zelensky untuk membahas kerja sama ekonomi Jerman–Ukraina serta perkembangan terbaru terkait negosiasi perdamaian.
Pada malam harinya, sejumlah kepala negara dan pemerintahan Eropa, serta pejabat tinggi Uni Eropa dan NATO, dijadwalkan bergabung dalam pembahasan lanjutan. Namun, rincian agenda dan daftar peserta belum diungkapkan secara resmi.
Zelensky mengakui bahwa rencana perdamaian yang diusulkan tidak akan memuaskan semua pihak dan sarat dengan kompromi. Ia menyebut Ukraina telah mengirimkan versi terbaru proposal tersebut kepada Amerika Serikat, meski hingga kini belum menerima tanggapan resmi dari Washington.
Ia juga menegaskan kesiapannya untuk berdialog, seraya menyatakan bahwa Ukraina dan Rusia saat ini tidak memiliki kontak langsung. Zelensky menilai tuntutan Moskow agar pasukan Ukraina mundur dari wilayah Donbas sebagai syarat gencatan senjata adalah “tidak adil.”
Menurutnya, gencatan senjata di sepanjang garis depan saat ini merupakan opsi yang lebih adil dan realistis. Sebelumnya, ajudan Presiden Rusia Yuri Ushakov mengatakan kepada harian Kommersant bahwa gencatan senjata hanya dapat terjadi jika pasukan Ukraina ditarik dari wilayah Donbas.
Baca juga: Bantah Klaim Rusia, Zelensky Pamer Selfie di Kota Kupiansk




