Sutradara dan penulis skenario Indonesia, Joko Anwar, dianugerahi gelar kehormatan Chevalier (Knight) of the Ordre des Arts et des Lettres oleh pemerintah Prancis.
Momen penganugrahan tersebut berlangsung di Gedung Kementerian Kebudayaan Prancis, Paris, Kamis (11/12) malam.
Penghargaan itu diberikan sebagai bentuk pengakuan atas dedikasi, kontribusi, dan komitmen Joko Anwar dalam dunia sinema.
Kontribusi pria yang akrab disapa Jokan itu dinilai telah memberikan dampak signifikan, tidak hanya bagi perfilman Indonesia, tetapi juga bagi lanskap sinema global.
Alasan Joko Anwar Dianugerahi Gelar Kehormatan dari Pemerintah PrancisJokan memperoleh pengakuan artistik dan komersial untuk film-filmnya dalam kurun 20 tahun berkarya. Bukan hanya yang diputar di Indonesia, tapi juga negara lain dan berbagai festival film.
Penghargaan kepada Jokan diberikan langsung oleh Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati. Dalam sambutannya ia menyoroti pendekatan Jokan dalam berkarya.
Rachida Dati mengatakan Jokan telah menunjukkan bagaimana sinema dapat menjadi medium yang sangat aksesibel bagi penonton luas.
Sutradara berusia 49 tahun itu dinilai menghadirkan muatan sosial dan isu-isu penting di dalam masyarakat lewat karya-karyanya.
"Dedikasi dan komitmennya telah berkontribusi pada kemajuan perfilman Indonesia, sekaligus memperkaya dialog sinema dunia," kata Rachida Dati dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, belum lama ini.
Dengan menerima tanda kehormatan Chevalier de l’Ordre des Arts et des Lettres ini, Jokan bergabung bersama jajaran seniman dan tokoh budaya dunia yang diakui atas kontribusinya terhadap seni dan kebudayaan internasional.
Ordre des Arts et des Lettres merupakan salah satu penghargaan kebudayaan tertinggi yang diberikan oleh pemerintah Prancis kepada individu yang dinilai berjasa besar dalam pengembangan seni dan sastra.
Sepanjang sejarahnya, gelar kehormatan ini telah diberikan kepada sejumlah tokoh berpengaruh dunia, seperti Martin Scorsese, David Lynch, Tim Burton, Pedro Almodóvar, Isabelle Huppert, Meryl Streep, Cate Blanchett, Tilda Swinton, David Bowie, dan Hayao Miyazaki.
Dalam pidatonya, Jokan menyampaikan rasa terima kasih kepada pemerintah Prancis dan refleksi atas perjalanan kreatifnya sebagai pembuat film yang tumbuh dan berkarya di Indonesia.
Sutradara film Ghost in the Cell itu juga menjelaskan mengenai pendekatannya dalam berkarya. Ia berusaha membicarakan hal-hal yang sulit dibicarakan secara langsung lewat karyanya.
"Melalui cerita-cerita yang dibungkus dalam horor, thriller, atau komedi, saya berusaha membicarakan hal-hal yang sering kali sulit dibicarakan secara langsung, tentang ketidakadilan, tentang kekuasaan, tentang manusia dan lingkungan tempat ia berpijak," tutur Jokan.
Jokan menambahkan bahwa karyanya lahir dari kegelisahan terhadap isu-isu sosial dan ekologis. Kegelisahan itu diterjemahkan ke dalam bahasa sinema populer agar bisa menjangkau lebih banyak penonton.
Penghargaan diterima di tengah persiapan Jokan merilis film terbarunya, Ghost in the Cell. Film ini dijadwalkan tayang pada 2026.
Film ke-12 Jokan ini merupakan sebuah horor-komedi yang menggunakan latar penjara sebagai metafora, sekaligus mengangkat isu kerusakan lingkungan, kekuasaan, dan tanggung jawab moral melalui pendekatan genre yang khas.
"Ghost in the Cell adalah bagian dari percakapan yang sama yang selama ini ingin saya bangun lewat film-film saya. Menggunakan genre untuk menghibur, tetapi juga untuk mengajak penonton berpikir tentang dunia tempat kita hidup," kata Jokan.




:strip_icc()/kly-media-production/medias/5444756/original/008958400_1765787451-Kemenimipas_1.jpeg)
