Saat Kebutuhan Mengalahkan Trauma Pedagang Kalibata

kompas.id
2 jam lalu
Cover Berita

Goresan luka di kaki dan tangan Andi belum kering benar. Bilur itu seakan menjadi bukti keberingasan kawanan debt collector yang membakar kios dan lapak pedagang di seberang Taman Makam Pahlawan Kalibata. Namun, trauma itu tidak sebanding dengan keinginan para pendagang untuk berjualan demi memenuhi kebutuhan.

Situasi di depan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Senin (15/12/2025) tampak kondusif. Beberapa personel Polri tampak masih berjaga. Truk masih terparkir dan tenda terpasang gagah.  

Beberapa pedagang menjajakan dagangannya menunggu pembeli yang kelaparan. Di sisi lain, ada pedagang yang tidak bisa berdagang karena kiosnya rusak, bahkan ludes terbakar. Andi, misalnya, duduk di depan toko sembari mengamati para tukang yang sedang memperbaiki warung makan tempatnya bekerja.

Warung makannya hangus terbakar karena menjadi sasaran penyerangan kawanan penagih utang atau debt collector pada Kamis (11/12/2025) lalu. Andi menceritakan kisah kelam itu.

Baca JugaBara di Kalibata, Bermula dari Kunci Sepeda Motor yang Semena-mena Dicabut ”Debt Collector”

Pada sore hari terjadi pengeroyokan oleh beberapa orang terhadap dua debt collector. Belakangan diketahui bahwa para pengeroyok itu adalah polisi. Pengeroyokan itu mengakibatkan dua debt collector tewas. Satu orang tewas di tempat, sementara yang lain sekarat dan dibawa oleh rekan seprofesi ke Rumah Sakit Budhi Asih. Ia akhirnya tewas dalam perawatan.

Tak lama setelah itu, beberapa debt collector datang sembari mengamuk. Beberapa dari mereka ada yang membawa bensin dan api, lalu membakar warung Andi. Api yang berkobar begitu besar di bagian depan warung membuat Andi dan tiga karyawan yang lain panik.

Ia bingung dan terus berupaya mencari jalan keluar keluar. Ia pun memutuskan untuk membobol atap dan melompat ke bagian belakang warung.

Tangan dan kakinya tergores pagar kawat. Darah mengucur dari tangan dan kakinya. Rasa perih mendera. "Namun, lebih baik terluka di tangan dari pada mati terbakar," katanya.

Begitupun Eddy, pemilik warung makan padang di Kalibata yang juga harus merelakan warungnya terbakar habis. "Semua dagangan saya habis dibakar," katanya.

Beruntung sang anak dan istri dapat diselamatkan oleh petugas keamanan setempat. Eddy pun selamat setelah melompat dari celah kecil di samping warung.

Eddy teringat bahwa serangan itu terjadi tiba-tiba. Tak ada aba-aba apapun. Segerombolan orang datang membawa bensin dan senjata tajam. "Tak ada suara, tiba-tiba api langsung berkobar hebat," katanya.

Semua hangus terbakar karena memang warung yang Eddy bangun sejak 2002 itu sebagian besar terbuat dari kayu. Kejadian itu hingga kini masih membekas di benak Andi dan Eddy. Bagi mereka itu akan menjadi cerita kelam hidupnya.

Akan tetapi, mereka menolak menyerah. Berbekal bantuan dari sejumlah pihak, termasuk Polda Metro Jaya, mereka ingin memulai lagi lembaran baru kehidupan. "Saya ingin cepat berjualan karena masih ada anak saya yang berkuliah yang butuh uang," kata Eddy.

Baca JugaPengeroyokan di Kalibata Berujung Anarkistis Massa

Koordinator Pedagang Kalibata Purwanto menuturkan, di lokasi itu ada 64 tenda yang dimiliki oleh 42 pedagang. Dari jumlah itu, sekitar 80 persen pedagang di antaranya merasakan dampak kerusuhan walau dengan tingkat kerusakan yang variatif.

"Ada yang hanya mengalami kerusakan tenda namun ada juga yang warungnya habis terbakar," ujarnya. Tidak hanya warung, beberapa kendaraan juga rusak. Jika dikalkulasi, jumlah kerugian yang dialami mencapai Rp 1,6 miliar.

Menurut dia, akibat kejadian itu, banyak pedagang mengalami kesulitan, terutama modal. "Karena untuk memulai usaha lagi tentu membutuhkan modal yang tidak sedikit," katanya. Namun, ada beberapa bantuan diberikan, termasuk dari Polda Metro Jaya. "Bantuan ini tentu akan segera disalurkan agar rekan-rekan bisa kembali berjualan," katanya.

Purwanto mengaku masih ada trauma yang mendera. Namun, setelah bertemu dengan Wakil Kepala Polda Metro Jaya Brigadir Jenderal Dekananto Eko Purwono, yang menjamin situasi sudah pulih kembali, pedagang pun bersedia untuk berjualan kembali.

Purwanto berharap insiden seperti itu tidak terulang. Apalagi sampai mengorbankan pedagang yang sebenarnya tidak tahu apa-apa. "Kami tidak tahu duduk perkaranya, tetapi kami yang jadi korbannya," ujarnya.

Ketua RW 04 Duren Tiga, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Dwi Endik mengatakan, kejadian itu menjadi kisah kelam yang tidak bisa ditutupi. "Penyerangan seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Ini menjadi kisah yang pasti akan selalu diingat," kata Dwi.

Namun, dia berharap keamanan di sekitar wilayahnya dapat pulih kembali dan warga bisa menjalankan aktivitas seperti biasa. "Insiden ini tentu akan membekas, setidaknya bagi para pedagang," ujarnya.

Baca JugaKeroyok ”Debt Collector” hingga Tewas, Enam Polisi Dijerat Pelanggaran Kode Etik Berat



Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
PKLU Pertama Hadir di Jeneponto, Dukung Ekosistem EV
• 9 jam laluharianfajar
thumb
Kalbar Sepekan: Pontianak Dilanda Banjir Rob; Pasutri Tewas Tabrak Gorong-gorong
• 10 jam lalukumparan.com
thumb
Lesti Kejora Ikut Salurkan Bantuan, Rizky Billar Sempat Khawatir
• 2 jam lalugenpi.co
thumb
Kata Bene Dion soal Agak Laen Salurkan Donasi Langsung ke Sumatera
• 6 jam lalukumparan.com
thumb
Penampakan TKP Pembakaran Kios di Kalibata, Petugas Bersihkan Material Puing | KOMPAS PETANGR
• 23 jam lalukompas.tv
Berhasil disimpan.