Kulon Progo: Wajah Erly Febriyanti tampak berat. Pada usianya yang saat ini 18 tahun, ia sudah diharapkan segera menjadi tulang punggung keluarga.
Erly dan keluarganya merupakan salah satu dari ribuan keluarga tergusur dari proyek pembangunan bandara Yogyakarta International Airport (YIA) Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY beberapa tahun silam. Erly dan keluarganya kini hanya bekerja untuk bisa makan.
"Yang bekerja di rumah hanya ayah, bekerja serabutan, hanya untuk makan saja kurang," kata Erly saat ditemui di Novotel Hotel YIA Kulon Progo, Senin, 15 Desember 2025.
Baca Juga :
Libur Nataru, 5 Juta Penumpang Diprediksi Bepergian dengan PesawatErly menceritakan keluarganya sudah tek memiliki lahan untuk bertani. Uang ganti rugi yang didapat beberapa tahun lalu sudah tak membekas. Keluarga Erly beranggotakan 5 orang, termasuk dengan dua adik berusia 10 tahun dan 5 tahun.
Sesi perdana momen pelatihan facility care dengan beberapa peserta warga terdampak proyek pembangunan YIA Kulon Progo. Metrotvnews.com/ Ahmad Mustaqim
"Rumah juga sempit, tidak bisa untuk memelihara ternak. Penghasilan ayah paling Rp400 (ribu) hingga Rp700 (ribu) per minggu," jelasnya.
Erly baru tahun ini lulus sari salah satu SMK dengan jurusan perhotelan tahun ini. Pengalaman perempuan ini baru sebatas pernah magang di Novotel Hotel YIA beberapa bulan lalu saat masih sekolah.
Erly saat ini sedang mengikuti pelatihan yang diselenggarakan InJourney Aviation Services (IAS), anak perusahaan yang berada di bawah PT Angkasa Pura. Erly menyatakan harapan besarnya lolos dan bisa bekerja.
"Pengen menambah wawasan (mengikuti pelatihan). Masuknya masuk facility care (di YIA). Harapannya bisa lanjut bekerja," ujar Erly.
Warga Desa Plumbon, Kecamatan Temon, Ika Sumaryati, 28, menaruh harapan serupa. Meski bukan dari warga terdampak proyek pembangunan YIA, dirinya juga ingin bisa mendapatkan pekerjaan usai mengikuti pelatihan itu.
"Pengennya kalau keterima di office. Saya hanya lulusan SMK," ucapnya.
Direktur Human Capital IAS, Israwadi, mengatakan pelatihan tersebut diadakan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dalam bidang facility care kebandarudaraan. Menurut dia, sebanyak 30 orang yang terjaring untuk melihat kesungguhan dalam bekerja. Ia mengakui pelatihan itu diharapkan ada yang tersaring bisa bekerja di IAS.
"Kalau jaminan tidak ada. Yang jadi nilai plusnya, (peserta pelatihan) memiliki sertifikat kompetensi facility care. Ketika temen-temen melakukan apply pada posisi facility care akan jadi nilai plus, karena sudah certified. Dalam penentuan diterima atau tidaknya seseorang bergantung pada user-nya," ujarnya.



