KOMPAS.com - Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans) Viva Yoga Mauladi mengundang para pengusaha untuk menanamkan investasi di kawasan transmigrasi.
Ia menegaskan bahwa penanaman investasi di kawasan transmigrasi diperbolehkan dan legal asalkan memenuhi izin pelaksanaan transmigrasi (IPT).
“Bila di Kementerian Kehutanan (Kemenhut) ada izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH), maka di Kementerian Transmigrasi (Kementrans) namanya IPT”, ujar Viva Yoga dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (15/12/2025).
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber diskusi pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV Kamar Entrepreneur Indonesia (KEIND).
Mengusung tema "Sinergi, Inovasi, Digitalisasi, dan Kewirausahaan Dalam Perdagangan Global Untuk Indonesia Tangguh", Rakernas itu digelar di Kota Yogyakarta, Sabtu (25/10/2025).
Baca juga: Perdagangan Global Picu Kenaikan Emisi Metana yang Berbahaya
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=investasi, rakernas, kawasan transmigrasi, Kementrans, IPT&post-url=aHR0cHM6Ly9uYXNpb25hbC5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xNS8xOTUzMTEzMS93YW1lbnRyYW5zLXZpdmEteW9nYS11bmRhbmctcGVuZ3VzYWhhLXRhbmFta2FuLWludmVzdGFzaS1kaS1rYXdhc2Fu&q=Wamentrans Viva Yoga Undang Pengusaha Tanamkan Investasi di Kawasan Transmigrasi§ion=Nasional' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Viva Yoga menyebut, banyak potensi yang bisa dikembangkan di kawasan transmigrasi, mulai dari peternakan, perikanan, perkebunan, pertambangan, hingga pariwisata.
Kementrans juga telah memberikan IPT kepada beberapa perusahaan untuk memanfaatkan kawasan transmigrasi sesuai perjanjian yang disepakati.
Contohnya, perusahaan Sumba Manis memproduksi gula di Kawasan Transmigrasi Melolo, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), karena wilayah ini dikenal dengan perkebunan tebunya.
"Kawasan transmigrasi itu dulunya merupakan lahan tandus yang akhirnya bisa diubah menjadi lahan subur bagi tanaman tebu," kata Viva Yoga.
Baca juga: Bongkar Ratoon Tebu, Jalan Cepat Swasembada Gula
Tidak jauh dari Melolo, terdapat Kawasan Transmigrasi Lewah yang berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dan memiliki iklim dingin. Wilayah ini berpotensi dikembangkan menjadi peternakan sapi pedaging dan perah.
“Sudah ada investor dari Brasil yang ingin membuka peternakan di sana”, ucap mantan Anggota Komisi IV DPR RI itu.
Selain NTT, wilayah Sulawesi Barat (Sulbar) dan Sulawesi Tengah (Sulteng) juga memiliki kawasan transmigrasi yang menarik investor, khususnya untuk menanamkan investasi industrialisasi kakao.
“Potensi petani kakao di dua provinsi itu sangat luar biasa”, ucap Viva Yoga.
Baca juga: Asa Petani Kakao, Tingkatkan Taraf Hidup Lewat Nikmat Produk Cokelat
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa Kementrans menerapkan prinsip keterbukaan dalam mengundang pengusaha atau investor.
“Siapa yang serius dan cepat, mereka yang akan segera mendapat izin”, tegas Viva Yoga.
Menurutnya, keberadaan industrialisasi di kawasan transmigrasi akan menguntungkan semua pihak. Pasalnya, banyak kepala daerah yang ingin mengembangkan kawasan transmigrasi, bahkan menjadikannya pusat pertumbuhan ekonomi, salah satunya melalui industrialisasi.
“Ketika ada industrialisasi, maka akan tercipta lapangan kerja bagi transmigran dan masyarakat lainnya. Ada multiplier effect,” kata Viva Yoga.
Baca juga: Wujudkan Asta Cita, Kemenperin Luncurkan Strategi Baru Industrialisasi Nasional
Ia menilai, mengundang pengusaha untuk menanamkan investasi merupakan cara inovatif dan kreatif untuk mempercepat pembangunan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
“Bila hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), kemampuannya terbatas”, ujar Viva Yoga.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang




