Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani kembali mengingatkan masyarakat terkait dampak dari Siklon Bakung yang diproyeksikan masih terasa hingga akhir tahun 2025. Saat ini Siklin bergerak dari barat Sumatera menuju Lampung.
"Siklon Bakung ini berkembang di barat daya Lampung, bergerak menjauhi Indonesia. Tapi tadi pagi kami pantau, tadi malam kami pantau dia naik dari kategori 1 ke kategori 2. Ini kalau siklon yang tertinggi yang paling berbahaya adalah kategori 5," kata Faisal dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Senin (15/12).
Siklon Seroja yang menyebabkan banjir di Sumatera tadinya level 1. Namun Faisal menyebut ada anomali yang membuatnya berubah level secara cepat.
"Siklon Seroja sendiri hanya kategori 1. Tapi karena banyaknya awan di sana dan dia terperangkap antara Pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia, dia berada di sana selama 2-3 hari. Jadi dibayangkan curah hujan selama satu bulan, bahkan satu setengah bulan itu turun dalam satu hari, dan itu berlangsung 2 sampai 3 hari," urainya.
Lantas bagaimana dengan Siklon Bakung?
"Siklon Bakung di barat daya Lampung ini kami prediksi, tadi pagi sudah kami laporkan kepada Pak Menko PMK dan Pak Mensesneg, Pak Seskab, itu mendekati wilayah Indonesia prediksinya dalam 2-3 hari ke depan," kata Faisal.
Ia menjelaskan, selain Siklon Bakung, ada juga Siklon 93S dan 95S yang baru muncul. Ini juga akan meningkatkan intensitas hujan di sejumlah wilayah.
"Kami akan pantau terus dinamikanya, harapannya tidak masuk hingga ke, mendekat lagi, yang akan mempengaruhi kondisi curah hujan. Selanjutnya di bagian selatan, dari Bali, Nusa Tenggara, serta Jawa Timur itu ada bibit siklon 93S. Serta baru saja siang tadi muncul satu bibit siklon lagi di selatan Papua yaitu 95S," urainya.
"Keberadaan bibit siklon dan siklon ini meningkatkan kondisi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi serta gelombang tinggi di perairan sekitarnya," pungkasnya.
