Jakarta: Badan Strategi Kebijakan Dalam Negeri (BSKDN) Kementerian Dalam Negeri meneguhkan perannya sebagai Policy Hub yang menjadi pusat konsolidasi pengetahuan, analisis strategis, dan rekomendasi kebijakan berbasis bukti. Hal ini disampaikan Sekretaris BSKDN, Noudy R.P. Tendean, dalam Seminar Penguatan BSKDN Kemendagri Menjadi Policy Hub di Jakarta Command Center BSKDN, pada Jumat, 12 Desember 2025.
Noudy mengatakan perubahan lanskap pembangunan nasional menuntut tata kelola pemerintahan yang adaptif, responsif, dan berbasis data. Menurut dia, perencanaan strategis kini bukan lagi sekadar formalitas, tetapi instrumen yang menentukan arah pembangunan agar selaras dengan RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029.
Oleh Karena itu, kehadiran BSKDN sebagai Policy Hub menjadi sangat penting untuk menjembatani kompleksitas isu, menganalisis data lintas sektor, serta menyusun rekomendasi kebijakan yang lebih akurat dan implementatif.
Noudy menekankan perlunya penguatan mekanisme analisis dan evaluasi kebijakan agar setiap rekomendasi yang dikeluarkan BSKDN memiliki dasar yang kuat dan relevan. Selain itu, integrasi data dan inovasi kebijakan dipandang krusial untuk membangun ekosistem pengetahuan yang mampu mendukung pengambilan keputusan di lingkungan Kemendagri maupun pemerintah daerah.
Penguatan tata kelola kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, serta modernisasi proses bisnis juga disebut sebagai elemen penting dalam mewujudkan peran BSKDN sebagai simpul kebijakan nasional di bidang pemerintahan dalam negeri.
“Dengan penguatan sistem analisis dan data yang terintegrasi, setiap rekomendasi kebijakan yang dihasilkan BSKDN akan lebih akurat, relevan, dan berdampak nyata. Ini yang ingin kita bangun sebagai fondasi Policy Hub Kemendagri,” ujar Noudy dalam keterangannya, Senin, 15 Desember 2025.
Baca Juga: Pemkab Mimika Dinilai Mampu Lakukan Terobosan dalam Pelayanan Publik
Sementara itu, akademisi Universitas Indonesia, Rudi Sumarwono, menambahkan perspektif penting terkait perlunya pendekatan logis dalam penyusunan kebijakan. Dia memperkenalkan Logical Framework Analysis (LFA) sebagai alat sekaligus pendekatan yang mampu membantu merencanakan, mengelola, memonitor, dan mengevaluasi program berdasarkan logika sebab-akibat yang jelas.
Rudi menjelaskan kerangka ini menuntut kejelasan tujuan, indikator terukur, analisis risiko, hubungan sebab-akibat yang rasional, serta sistem monitoring yang solid.
Menurut dia, LFA sangat penting untuk memastikan kebijakan benar-benar menyelesaikan akar persoalan. Tanpa kerangka logis, kebijakan berpotensi hanya merespons gejala permukaan dan justru menimbulkan masalah baru.
"Logical thinking juga sangat diperlukan untuk menghindari kebijakan disusun berdasarkan simtom-simtom saja, bukan dari akar masalahnya. Hal seperti akan membawa hambatan bagi terwujudnya kebijakan berbasis data yang tepat," tegas Rudi.
Seminar ini menjadi ruang menyatukan pandangan, memperkuat pemahaman, serta mengidentifikasi langkah strategis dalam memperkokoh posisi BSKDN sebagai Policy Hub. Melalui forum ini, BSKDN berharap terbentuk konsolidasi gagasan dan rekomendasi yang mampu mendorong pengambilan kebijakan yang lebih presisi, adaptif, dan berdampak bagi masyarakat.
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5390010/original/080264300_1761218181-Menhut_Raja_Juli.jpg)



