Sering Lupa Tujuan Saat Berpindah Ruangan? Bukan Pikun, tapi Cara Otak Bekerja

Pernah mengalami momen ini: bangkit dari tempat duduk, melangkah ke ruangan lain, lalu tiba-tiba berhenti sambil bertanya dalam hati, “Aku ke sini mau ngapain, ya?” Rasanya sepele, bahkan sering jadi bahan candaan. Namun, kejadian kecil ini ternyata punya penjelasan ilmiah yang cukup menarik.

Fenomena tersebut dikenal sebagai Doorway Effect, sebuah istilah dalam psikologi kognitif yang menjelaskan mengapa kita kerap lupa tujuan setelah berpindah ruangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, lupa sering langsung diasosiasikan dengan kurang fokus, kelelahan, atau bahkan penurunan daya ingat. Padahal, menurut penelitian psikologi, lupa sesaat setelah melewati pintu bukanlah tanda bahwa ingatan kita bermasalah.

Justru sebaliknya, kondisi ini menunjukkan bahwa otak sedang bekerja sebagaimana mestinya. Ia sedang menata ulang informasi agar sesuai dengan situasi yang baru.

Istilah Doorway Effect merujuk pada kecenderungan seseorang untuk lebih sulit mengingat informasi atau niat setelah berpindah dari satu ruang ke ruang lain. Fenomena ini diteliti secara serius oleh Kyle A. Pettijohn dan Gabriel A. Radvansky dalam jurnal The Quarterly Journal of Experimental Psychology yang berjudul Walking through doorways causes forgetting: Event structure or updating disruption?

Dalam penelitian tersebut, partisipan diminta berjalan di lingkungan virtual sambil membawa objek tertentu. Sebagian peserta berpindah ruangan dengan melewati pintu, sementara sebagian lainnya berjalan di ruang yang sama tanpa sekat. Hasilnya konsisten: peserta yang melewati pintu lebih sering lupa objek yang baru saja mereka bawa dibandingkan mereka yang tidak berpindah ruangan.

Menariknya, efek lupa ini tetap muncul meskipun waktu tempuh dan tingkat kesulitan tugas dibuat sama. Artinya, yang berpengaruh bukan lamanya waktu, melainkan perpindahan konteks ruang itu sendiri.

Menurut penjelasan peneliti, otak manusia menyusun pengalaman dalam bentuk potongan-potongan peristiwa atau event models. Setiap ruangan diperlakukan sebagai satu peristiwa yang berbeda.

Ketika kita melewati pintu, otak akan:

1. Menyelesaikan peristiwa sebelumnya,

2. Membuat peristiwa baru,

3. Menyesuaikan fokus dengan lingkungan yang baru.

Proses pergantian inilah yang membuat informasi dari konteks lama, seperti tujuan awal kita menjadi lebih sulit diakses. Ingatan tersebut sebenarnya tidak hilang, tetapi sementara tersisih oleh konteks baru.

Dengan kata lain, yang terjadi bukanlah lupa total, melainkan gangguan saat otak mencoba mengambil kembali informasi yang masih tersimpan.

Doorway effect menjadi semakin terasa di kehidupan modern. Kita berpindah ruang sambil membawa banyak pikiran: pekerjaan yang belum selesai, notifikasi ponsel, obrolan yang terpotong, hingga rencana berikutnya. Semua itu membuat otak harus bekerja ekstra saat berganti konteks.

Fenomena ini juga mengingatkan kita bahwa tidak semua lupa perlu dikhawatirkan. Sebagian lupa justru merupakan efek samping dari cara otak menjaga efisiensi.

Mungkin, alih-alih langsung menyalahkan diri sendiri ketika lupa tujuan setelah masuk ruangan, kita bisa berhenti sejenak dan menyadari satu hal: otak kita tidak sedang gagal. Ia hanya sedang menyesuaikan diri.

Lewat Doorway Effect, Psikologi mengajarkan bahwa lupa tidak selalu berarti kelemahan. Dalam banyak kasus, ia hanyalah tanda bahwa kita hidup di dunia yang menuntut otak untuk terus berpindah konteks.

Dan mungkin, di tengah ritme hidup yang serba cepat, mengingat kembali tujuan sebelum melangkah bukan hanya soal ingatan, melainkan soal memberi ruang bagi diri sendiri untuk hadir sepenuhnya.