Harga minyak dunia ditutup melemah pada perdagangan di Senin (15/12). Investor tengah menyoroti gangguan pasokan akibat meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela. Namun kekhawatiran kelebihan pasokan global muncul akibat dampak dari potensi kesepakatan damai dari Rusia-Ukraina.
Dilansir dari Reuters, Selasa (16/12), Minyak Brent ditutup turun 0,92% ke US$60,56. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melemah 1,08% ke US$56,82.
Baca Juga: Trump Ingin Minyak Amerika Serikat Bebas Aturan Emisi Metana Uni Eropa
Venezuela dilaporkan mencatat ekspor minyak yang turun tajam menyusul sebuah kapal tanker dan sanksi baru dari AS. Data pelayaran, dokumen dan sumber maritim menunjukkan tekanan terhadap sektor minyak negara itu semakin meningkat.
Amerika Serikat juga dilaporkan berencana mencegat lebih banyak kapal yang mengangkut minyak dari Venezuela. PDVSA Venezuela juga dilaporkan mengalami serangan siber, sementara sejumlah tanker yang dijadwalkan memuat minyak mentah dari negara itu berbalik arah di tengah eskalasi ketegangan.
“Penurunan harga minyak dan tercapainya level terendah bulanan pada kontrak berjangka utama pekan lalu kemungkinan akan lebih dalam jika bukan karena Amerika Serikat meningkatkan tekanan terhadap Venezuela,” kata Analis PVM, John Evans.
Meski demikian, dampak gangguan pasokan tersebut dinilai terbatas karena pasokan minyak yang melimpah secara global, termasuk kargo yang sedang dalam perjalanan ke China.
Namun tekanan tambahan datang dari perkembangan pembicaraan damai yang dimediasi Amerika Serikat. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy disebut menawarkan untuk melepaskan ambisi negaranya bergabung dengan aliansi militer dari NATO. Potensi kesepakatan damai tersebut dipandang dapat membuka jalan bagi peningkatan pasokan minyak dari Rusia.
Baca Juga: PGN Saka Raih Penghargaan Pilot Project Low Carbon Initiative dari SKK Migas
Harga minyak juga tertekan oleh meningkatnya ekspektasi surplus pasokan serta lemahnya data ekonomi China. Output pabrik negara tersebut melambat pada November. Sementara pertumbuhan penjualan ritel tercatat sebagai yang paling lemah sejak Desember 2022.





