Kisah Fitri, Siswi SMP di Banjar Hidup Sebatang Kara Usai Nenek Meninggal

kumparan.com
7 jam lalu
Cover Berita

Di sebuah rumah kayu sederhana yang berdiri di atas lahan rawa, Fitri menjalani hari-harinya. Remaja berusia 15 tahun ini tinggal sendiri di Desa Sungai Tabuk Keramat, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, setelah neneknya meninggal dunia tiga tahun lalu.

Sejak kecil, Fitri tumbuh dalam asuhan neneknya, sebab kedua orang tua Fitri tak diketahui rimbanya.

Rumah yang ditempati Fitri merupakan peninggalan sang nenek. Sehari-hari, dia banyak dibantu oleh saudara yang rumahnya tidak jauh dari rumah Fitri.

Meski demikian, Fitri tetap menjalani aktivitasnya sebagai siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Sungai Tabuk. Setiap pagi, ia berangkat sekolah seperti remaja lainnya.

Sepulang sekolah, Fitri membantu membungkus roti di salah satu rumah warga. Dari pekerjaan itu, ia memperoleh upah Rp 20 ribu per hari yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Fitri mengakui, sejak neneknya meninggal, suasana rumah terasa jauh lebih sunyi. Jika sebelumnya ia makan dan tidur bersama sang nenek, kini semua ia jalani sendiri. Rasa rindu itu semakin terasa saat bulan Ramadan, terutama pada tahun-tahun awal kepergian neneknya.

“Karena dulu sahur dan buka puasa bersama nenek. Sekarang kalau kangen nenek, saya ziarah ke makam nenek,” tuturnya.

Di usia remaja, Fitri tentu memiliki keinginan yang sama seperti teman-temannya seperti menghabiskan waktu bermain sepulang sekolah. Namun, keadaan membuatnya mengubur keinginan itu dalam-dalam.

Meski begitu, kadang teman-temannya datang berkunjung ke rumahnya. Saat itu, rumah Fitri menjadi sedikit lebih ramai.

“Kadang teman-teman sehabis pulang mengaji mampir ke sini, walau sebentar,” katanya.

Rumah di Atas Rawa Kerap Banjir

Kondisi rumah yang berdiri di atas rawa membuat Fitri waswas. Saat hujan turun deras, air kerap naik dan menggenangi lantai kayu.

Kadang saat malam hari, Fitri terbangun untuk memastikan barang-barangnya tetap aman.

“Karena kasurnya kecil dan tidak berat, biasanya saya angkat kalau air naik,” ujarnya.

Di tengah keterbatasan, Fitri tetap menjalani hidupnya dengan semangat. Ia tahu, hidup harus terus berjalan dan ada masa depan yang jauh lebih cerah sedang menantinya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
PIP Desember 2025 Kapan Cair? Berikut Penjelasan Serta Jadwalnya
• 4 jam lalumetrotvnews.com
thumb
PLN UIT JBM Laksanakan Serangkaian Pemeliharaan
• 7 jam lalurealita.co
thumb
Soroti Bencana di Sumatera, Prabowo Minta Penegakan Hukum Diperketat!
• 11 jam laluokezone.com
thumb
Pemerintah Lakukan Assessment Infrastruktur Rusak di Daerah Bencana
• 39 menit lalutvrinews.com
thumb
Plus dan Minus Performa PSS Hingga Pekan Ke-12 Pegadaian Championship 2025/2026
• 13 jam lalubola.com
Berhasil disimpan.