Hidup seorang diri tak membuat Fitri (15) hanya mengandalkan belas kasih orang lain. Remaja yang duduk di bangku kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Sungai Tabuk ini memilih bekerja sebagai tukang bungkus roti.
Pekerjaan itu dilakukan Fitri sepulang sekolah hingga sore hari. Upahnya Rp 20 ribu per hari.
“Dari hasil membungkus roti itu saya gunakan untuk makan dan keperluan lainnya,” ujar Fitri saat berbincang dengan kumparan.
Terkadang, Fitri dapat menambah penghasilannya saat ada tetangga yang meminta dirinya untuk membeli bumbu-bumbu masakan di pasar yang tidak terlalu jauh dari kediamannya.
“Itu pagi biasanya, sebelum saya pergi sekolah. Saya naik sepeda ke pasarnya. Upahnya bisa 7–10 ribu rupiah,” katanya.
Fitri menceritakan, sepeda yang dimilikinya merupakan pemberian dari sang nenek. Sepeda tersebut digunakan Fitri untuk pergi ke sekolah dan keperluan lainnya.
“Kadang tetangga yang juga sudah seperti saudara memberi saya makan, kadang juga pas bulan puasa saya buka puasa di rumah tetangga,” katanya.
Belum lama ini, Fitri juga mendapat bantuan sepeda listrik. Sepeda itu yang biasa digunakan untuk pergi ke sekolah. Sedangkan sepeda dari nenek dipakai untuk ke pasar.
Sedangkan untuk keperluan sekolah, Fitri memilih tidak terlalu memikirkannya. Baginya, barang-barang seperti sepatu dan ransel lama pemberian almarhum neneknya masih bisa dipakai.
“Masih bisa dipakai, paling biasanya beli buku. Untuk seragam juga kadang dikasih teman,” tuturnya.
Fitri mengaku, meski hidup dalam kesendirian, dirinya selalu menjaga salat lima waktu karena itu merupakan ajaran dan pesan dari sang nenek semasa hidup.
“Nenek selalu mengingatkan agar selalu menjaga salat,” ujarnya.
Rumah yang ditinggali Fitri merupakan warisan dari neneknya yang meninggal 3 tahun lalu. Sedangkan ayah dan ibu, sejak Fitri kecil tidak jelas kabarnya.
Usai nenek meninggal, Fitri hidup sendiri di rumah itu. Sehari-hari dia banyak dibantu saudara yang rumahnya dekat dan tetangganya.
Cerita Tetangga: Fitri Anak Rajin dan Baik
Fitri disukai oleh para tetangganya karena memiliki perilaku baik dan hormat kepada orang tua. Tak jarang, Fitri juga membantu tetangga di sekitarnya.
Salah satu tetangga Fitri, Midah (48), menyebut Fitri memiliki pribadi yang sangat penurut kepada orang tua. Bahkan, remaja itu dikenal ringan tangan jika dimintai tolong.
“Dia anak baik, kalau dinasihatin itu dia penurut,” ujar Midah.
Meski hidup sendiri dan serba kekurangan, kata Midah, Fitri bukan anak yang selalu menerima begitu saja jika diberi bantuan. Karena itu, Midah kerap menggunakan dalih meminta bantuan agar bisa berbagi sedikit rezeki dengan Fitri.
“Dia tu seperti harus ada yang dikerjakan dulu baru menerima diberi sesuatu,” ungkapnya.
Diakui Midah, meski dirinya tidak selalu bisa membantu, namun sebisa mungkin ia tetap berusaha membantu Fitri.
“Kalau sahur atau buka, biasanya dia datang ke tempat saya. Alhamdulillah, dia anak baik,” tambahnya.
Tak dipungkiri, Midah terkadang merasa iba dengan kondisi Fitri, terlebih anak seusianya harus banting tulang untuk bertahan hidup.
“Pastilah kita semua di sini, khususnya tetangga Fitri, kasihan sama dia,” katanya.
Dikatakannya, warga lain juga sering membantu Fitri, seperti membayar listrik atau sekadar memberi uang jajan untuk Fitri di sekolah.
“Ganti-gantian aja kita bantu si Fitri. Kadang ada juga yang memperbaiki sepeda Fitri kalau lagi rusak,” ungkapnya.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5446443/original/086564800_1765887669-2644.jpg)

