Di depan kelas, sejumlah siswa SMP Negeri 1 Tamansari, Bogor, tampak berbaris rapi, menunggu giliran mengambil ompreng Makan Bergizi Gratis (MBG). Beberapa di antaranya sudah memegang tumpukan ompreng, siap dibawa masuk ke ruang kelas.
Setelah ompreng diterima, perwakilan kelas kembali ke kelas masing-masing. Di sana, makanan dibagikan satu per satu.
Sebelum menyantapnya, siswa duduk bersama dan berdoa. Baru setelah itu, jam istirahat mereka diisi dengan makan bersama.
Antusiasme terlihat dari cara siswa menunggu dan menyambut makanan. Bagi sebagian dari mereka, MBG bukan sekadar sarapan di sekolah, melainkan menjadi cadangan makan untuk siang hari di rumah.
Uwais (13), siswa kelas 7F, mengaku tidak terbiasa sarapan sebelum berangkat sekolah. Sebelum ada MBG, Uwais biasanya membawa bekal dari rumah.
“Suka bawa bekal. Yang masakin mama. Mama sebelum berangkat kerja,” kata Uwais saat ditemui di SMP Negeri 1 Tamansari, Bogor, Selasa (16/12).
Namun kini, rutinitas itu berubah. Ibunya tetap memasak, tetapi untuk kebutuhan makan di rumah.
“Masak buat di rumah. Pulang kerja. Kerja di pabrik,” ujar Uwais.
Bagi Uwais, kehadiran MBG membuatnya merasa senang. Soal menu, ia punya favorit sendiri.
“Itu, makanan manis misalnya Jasuke (jagung susu keju). Susu ininya aku suka,” kata Uwais.
Sebagian makanan yang ia terima sengaja dibawa pulang. Alasannya karena sang ibu harus bekerja sehingga kerap tak ada makanan di rumah.
“Iya. Jaga-jaga takut nggak ada makanan di rumah,” kata Uwais.
Cerita serupa datang dari Khaira (13), siswi kelas 7D. Ia menyebut menu MBG hari itu cukup lengkap.
“Lauknya ada lele, tempe, susu, ada tauge dan buncis,” kata Khaira.
Meski tidak menyukai beberapa menu, Khaira tetap mengambil makanan tersebut.
“Aku bawa ompreng buat dibawa ke rumah, dimakan orang tua, adik, atau kerabat,” tutur Khaira.
Khaira mengaku mulai menerima MBG sejak masuk SMP. Menurutnya, menu MBG disajikan lengkap dan bervariasi setiap hari.
“Dari pas masuk sekolah. Kalau aku di SD belum dapet MBG. Tapi sekarang di SD-nya sudah ada,” ujar Khaira.
“Komplit tapi menunya beda-beda. Kalau yang kurang suka sih aku mie ayam, karena menurut aku kurang bergizi juga sih sebenarnya. Lele aku kurang suka juga tapi aku masukin ke kotak bekal dan dimakan orang tua,” lanjutnya.
Pihak sekolah mengatur distribusi MBG agar berjalan tertib. Wali kelas 7D, Gina Isnawati, mengatakan pengambilan makanan dilakukan secara bergiliran.
“Pendistribusiannya kami cukup tertib ya. Jadi anak-anak seperti tadi, setiap kelas itu ada sekitar 7 orang anak yang masuk ke tempat pendistribusian tersebut, terus baru masuk ke kelasnya dan dimakannya jam istirahat,” katanya.
Makanan tersebut biasanya disantap menjelang pertengahan pagi.
“Iya, sekitar jam setengah 10-an,” kata Gina.





