Kota Padang: Dokter dari Puskesmas Pauh, Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar) Lusiana Yanti, mengungkapkan bahwa pada umumnya para penyintas banjir bandang dan tanah longsor di kawasan Batu Busuak, Kelurahan Lambung Bukit, Kecamatan Pauh, mulai mengalami penyakit. Paling banyak yakni Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
"Khusus di Batu Busuak, penyakit yang paling banyak terjadi pada penyintas banjir yaitu ISPA," kata Dokter Puskemas Pauh Lusiana Yanti di Kota Padang, Selasa, 16 Desember 2025, melansir Antara.
Baca Juga :
Menkes: 100% RS Sumatra Mulai Beroperasi"Memang ada beberapa penyakit lain, tetapi ISPA ini yang tertinggi menyerang warga," kata dia.
Berdasarkan observasi yang dilakukan tim medis, pada umumnya penyintas banjir tidak menggunakan masker di lokasi terdampak bencana, kurang menjaga higienitas yang berhubungan langsung dengan tangan, mulut, dan hidung.
"Kemarin itu ada pasien di lokasi pengungsian yang batuk dan pilek, tetapi tidak menggunakan masker. Kondisi ini gampang sekali menular kepada pengungsi lain," ungkap dia.
Ilustrasi-Tim Medis UMI. (Istimewa)
Ia mengatakan sejak awal bencana terjadi, tim medis dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Padang sudah melakukan langkah antisipasi, seperti menyiapkan masker bagi pengungsi. Namun pada saat itu tidak semua pengungsi yang mendapatkan masker karena keterbatasan.
"Sekarang itu kita masih fokus pada upaya pencegahan agar penularannya tidak semakin meluas dan mengobati bagi penyintas yang sakit," jelas dia.
Selain ISPA, tim medis di Posko Bencana Batu Busuak juga melaporkan para penyinyas banjir yang mulai banyak mengalami penyakit kulit, seperti jamur, pasca-bencana banjir bandang. Hal ini diperparah karena kondisi yang masih basah dan lembab, sehingga mempercepat munculnya penyakit kulit.
Saat ini Dinkes setempat juga mengantisipasi diare pada pengungsi banjir bandang. Berkaca dari beberapa peristiwa sebelumnya, banyak penyintas di tenda pengungsian yang menderita diare.
Apalagi penyakit yang umumnya terjadi akibat bakteri, virus dan parasit ini sangat mudah menular lewat makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi. Oleh karena itu ia mendorong masyarakat di lokasi pengungsian untuk sebisa mungkin menjaga kebersihan di tengah keterbatasan yang ada.



