Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan menargetkan sampah yang berada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat akan hilang dalam dua tahun ke depan. Hal ini dapat terwujud seiring dengan program pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) atau waste to energy (WTE).
"Jadi, Bantargebang itu Insya Allah dua tahun lagi enggak ada. Bandung, yang di mana-mana itu, dua tahun lagi (enggak ada)," ujar Zulhas -sapaan akrab Zulkifli Hasan- di Jakarta, Selasa (16/12), seperti dikutip Antara.
Pengolahan sampah menjadi energi baru terbarukan (EBT) ini tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Melalui Pengolahan Sampah menjadi Energi Terbarukan Teknologi Ramah Lingkungan.
Zulhas mengatakan hanya ada tiga proyek WTE dalam sebelas tahun ke belakang. Menurutnya, ini dikarenakan rumitnya proses perizinan.
Dengan adanya Perpres baru tersebut, pemerintah memangkas berbagai perizinan yang panjang sehingga investor yang ingin bergerak di sektor pengolahan sampah menjadi energi lebih tertarik dan minim risiko.
Menurut Zulhas, aturan baru ini juga memudahkan alur perizinan karena lebih ringkas. Pemerintah daerah hanya perlu menyiapkan lahan, kemudian perizinan diajukan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Selanjutnya, Danantara Indonesia akan menentukan teknologi mana yang cocok, hingga akhirnya melakukan kesepakatan dengan PLN.
Zulhas mengungkap terdapat tujuh proyek WTE yang telah selesai dibahas pemerintah. Ia juga menargetkan dalam dua tahun ke depan akan ada 34 proyek WTE yang dirampungkan.
"Kami sudah (selesai membahas) tujuh, besok kita akan rapat. Kita akan selesaikan mungkin sampai 20 (proyek). Target 34 proyek dalam dua tahun, sampai pelaksanaannya, sampai jadi," kata Zulhas.
WTE Solusi Darurat SampahSebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, proyek waste to energy dianggap efektif untuk mengatasi masalah darurat sampah yang melanda Indonesia sekaligus menghasilkan listrik terbarukan.
Sampah-sampah rumah tangga nantinya akan dihimpun oleh pemerintah daerah atau pemda untuk disalurkan ke tempat pembuangan akhir atau TPA khusus. Setelah itu, menurrut dia, fasilitas insinetor akan membakar sampah dengan kapasotas minimal 1.000 ton per hari. Proses pembakaran ini kemudian menghasilkan energi panas yang dikonversi menjadi tenaga listrik.
Tenaga listrik itu kemudian akan dibeli oleh PT PLN yang berada di bawah holding Danantara untuk menyalurkan listrik ke rumah-rumah masyarakat. Menurut dia, teknologi ini telah digunakan oleh sejumlah negara negara jiran, salah satunya Singapura yang memiliki lima insinerator.



