Festival Panen Buku 2025 menjadi wadah untuk menumbuhkan literasi sejak dini. Dari goresan pena anak-anak di Jakarta, lahirlah aneka cerita yang kelak bisa menentukan masa depan kota tersebut.
Rak dan meja berisi buku mengisi tiap bagian Galeri Emiria Soenassa dan Galeri S Sudjojono di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Di tempat itu, tengah dihelat Festival Panen Buku 2025 pada 16-17 Desember.
Ada 5.405 karya tulis yang ditampilkan dalam festival tersebut. Karya-karya itu terdiri dari 1.849 karya hasil Jakarta Panen Buku 2025 dan 3.556 buku karya pemustaka pelajar dari perpustakaan sekolah dalam kurun tiga tahun terakhir.
Pada pembukaan Festival Panen Buku 2025, Selasa (16/12/2025), tiga murid sekolah dasar dipanggil ke panggung. Mereka adalah Zafran Alfatih, Naila Azalia, dan Hamidah. Ketiganya kemudian diajak berbincang oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung.
Pramono terlebih dahulu bertanya kepada Zafran mengenai cerita misteri yang ditulisnya. Bocah itu menulis kisah tentang kasir supermarket yang mengalami teror dari seorang pembunuh saat sif malam. Teror terjadi saat sang kasir menggantikan seorang teman yang ingin ke rumah sakit.
"Kenapa kamu membayangkan ada teror dari seorang pembunuh?," tanya Pramono.
"Ya karena saya suka seperti itu ceritanya," jawab Zafran yang mengaku bercita-cita menjadi novelis dan menyukai cerita misteri.
Setelah itu, giliran Naila. Ia menulis tentang hutan terakhir. Pramono lantas bertanya dari mana inspirasi cerita tersebut. "Melihat video-video banyak sekali hutan yang rusak karena penebangan liar," tutur Naila.
Pramono lalu bertanya apakah Naila mengikuti kabar bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Naila mengiyakan.
Bahkan, dia menyebut, bencana itulah yang menginspirasinya menulis cerita sepanjang sekitar 40 halaman tentang hutan terakhir. Selama sepekan menulis, Naila mengaku kerap mendapat saran dari kakak maupun teman-temannya.
"Luar biasa, ini memperlihatkan kepada kita bahwa betapa kayanya anak-anak kita. Anak umur 12 tahun sudah memikirkan apa yang terjadi pada hari ini di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh," kata Pramono.
Pramono lalu meminta Naila menyampaikan sejumlah pesan terkait bencana yang terjadi. Naila pun menyampaikan permintaan agar semua orang menanam pohon, menghijaukan kembali hutan yang gundul, dan berhenti merusak alam agar tidak lagi terjadi bencana di mana-mana.
Sesudah itu, giliran Hamidah yang ditanya. Dia menulis tentang anak yang belajar menabung karena ada lomba menabung di sekolahnya. Namun, saat ditanya Pramono, dia jujur menjawab tak biasa menabung.
Jawaban polosnya disambut gelak tawa hadirin. Pramono lalu bertanya soal uang jajan dari orangtua Hamidah.
"Kadang ditabung separuhnya. Tapi dari buku ini saya ingin memotivasi diri untuk menabung," ujar Hamidah. Pramono lalu berpesan kepadanya untuk rajin sekolah hingga ke perguruan tinggi.
Hal itu bukan mustahil karena ada Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus dan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU). Hamidah merupakan salah satu penerima bantuan sosial pendidikan KJP Plus.
Pramono pun memuji karya anak-anak sekolah itu, baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Dia menambahkan, penyelenggaraan Festival Panen Buku merupakan salah satu cara untuk mendorong Jakarta menjadi kota literasi. Sebab, tanpa disadari, banyak penulis hebat lahir dari acara seperti itu.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta mencatat, skor kegemaran membaca warga Jakarta pada 2025 sebesar 73,26. Skor ini masuk kategori sedang.
Pengukuran skor itu dilakukan dari fase pramembaca, saat membaca, dan pascamembaca yang fokus pada kualitas proses membaca, khususnya kemampuan memaknai dan merefleksikan informasi. Metode tersebut berbeda dengan pengukuran tahun sebelumnya dengan skor 72,93.
Sementara itu, Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Jakarta pada 2025 tergolong tinggi, yakni mencapai skor 95,03. Hal ini menunjukkan, penyelenggaraan layanan perpustakaan kian baik.
Layanan tersebut meliputi pemerataan layanan, koleksi, tenaga perpustakaan, tingkat kunjungan, pemenuhan standar nasional, keterlibatan masyarakat, dan tingkat keanggotaan perpustakaan.
Untuk Indeks Budaya Literasi (IBL) 2025, skor Jakarta mencapai 78,76. Skor ini cukup baik dengan aktivitas membaca mencapai 82,49 persen, akses internet 95,24 persen, dan kunjungan perpustakaan 58,55 persen.
"Mudah-mudahan banyak inspirasi bagi Jakarta karena saya pengin lebih banyak dapat masukan, saran, termasuk dari anak-anak yang hebat-hebat ini," ucap Pramono.
Kita melihat masa depan Jakarta dari anak-anak hebat yang menulis, berpikir kritis, dan berani menyampaikan pandangan tentang dunia
Untuk terus meningkatkan minat membaca warga, jam operasional perpustakaan di bawah Pemprov DKI Jakarta diperpanjang hingga pukul 22.00 WIB. Kebijakan ini menyusul operasional sebagian taman hingga pukul 22.00 WIB dan 24 jam.
Langkah itu juga untuk meningkatkan akses pada fasilitas pendidikan, seperti perpustakaan, taman, dan museum sekaligus bentuk komitmen menciptakan keadilan sosial di bidang pendidikan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta Nasrudin Joko menuturkan, Festival Panen Buku 2025 bukan sekadar program, tetapi gerakan literasi. Dalam jangka panjang, festival ini diharapkan bisa menyiapkan generasi Jakarta yang berpikir, bernalar, dan berdaya cipta.
Secara keseluruhan, rangkaian gerakan literasi tersebut dimulai Februari 2025 dengan menggandeng dinas pendidikan, kantor wilayah kementerian agama, dan Generasi Cerdas Indonesia.
Menurut Joko, kolaborasi ini adalah kerja bersama, pondasi bagi peradaban, dan investasi masa depan. Festival itu juga merupakan ruang perjumpaan gagasan, apresiasi, dan proses belajar.
"Kita melihat masa depan Jakarta dari anak-anak hebat yang menulis, berpikir kritis, dan berani menyampaikan pandangan tentang dunia," ucap Joko.
Pada akhirnya kota tidak hanya tentang infrastruktur megah, perekonomian, dan teknologi. Ada manusia di dalamnya yang membaca, menulis, berpikir, dan mencipta. Mereka pun turut menentukan masa depan sebuah kota.




