Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perunggasan bakal mendapat katalis positif di momen kemeriahan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Namun, skala dampak positif ini akan berbeda dirasakan oleh masing-masing pemain.
Pengamat Pasar Modal Reydi Octa mengatakan prospek penjualan emiten unggas di kuartal IV/2025 saat Nataru secara historis menjadi katalis positif karena konsumsi dan permintaan pangan meningkat.
"Hal ini bisa buat volume penjualan berpotensi naik, terutama untuk JPFA dan CPIN yang memiliki distribusi kuat dan skala perusahaan yang besar. Untuk emiten AYAM dan MAIN juga akan terdampak positif, tetapi karena perbedaan skala bisnis menjadikan dampaknya relatif lebih terbatas," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/12/2025).
Membandingkan kinerja sembilan bulan pertama 2025 masing-masing emiten, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) membukukan pertumbuhan pendapatan 1,78% year on year (YoY) ke Rp50,60 triliun. Segmen ayam olahan berkontribusi 15,88% dari total pendapatan, yakni Rp8,04 triliun, turun 10,91% YoY.
Sementara itu, PT Japfa Comfeed Tbk. (JPFA) membukukan pertumbuhan penjualan neto 4,42% YoY menjadi Rp43,10 triliun. Segmen pengolahan hasil peternakan dan produk berkontribusi 17,92% atas total penjualan, atau Rp7,72 triliun. Angka tersebut meningkat 20,72% YoY.
Berikutnya, penjualan bersih PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) kontraksi 2,12% YoY menjadi Rp9,24 triliun. Dari angka itu, segmen makanan olahan berkontribusi 1,12%, atau Rp103,69 miliar. Angka ini tumbuh 10,78% YoY.
Terakhir, penjualan PT Janu Sejahtera Tbk. (AYAM) terpangkas 15,94% YoY menjadi Rp225,42 miliar. Segmen penjualan telur berkontribusi 7,34% dan nilainya turun 32,90% YoY menjadi Rp16,55 miliar, sedangkan segmen karkas ayam dan maklon berkontribusi 0,34% dengan nilai yang juga terpangkas 88,16% YoY menjadi hanya Rp778,11 juta.
Reydi melanjutkan, potensi kenaikan penjualan tersebut bisa tercermin pula dalam kinerja laba perusahaan asal ada kontrol harga bahan baku dan harga pokok produksi.
Selain akan tergantung pada efisiensi bisnis, menurutnya kekuatan sentimen Nataru hanya bersifat temporer. Kenaikan volume permintaan meningkatkan omzet emiten dalam kurun waktu tersebut, dan hal itu pula tercermin pada kinerja keuangan kuartal I/2025 kala ada momen Lebaran.
Dengan begitu, momen musiman seperti Nataru dan Lebaran memang menjadi siklus yang biasanya membantu kinerja laporan keuangan, tetapi bukan penentu utama kinerja tahunan.
"Persepsi investor terhadap emiten unggas di kuartal IV/2025 cenderung sudah mengantisipasi efek musimannya, sehingga biasanya investor sudah priced in. Pergerakan harga saham bisa terbatas di saat momentum terjadi," tandasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

:strip_icc()/kly-media-production/medias/5446161/original/032744500_1765874230-0b6bc3f4-9f14-40b5-a9af-120309ea7fa1.jpeg)

