Presiden Prabowo Subianto menyoroti persoalan kemiskinan dan ketimpangan yang masih dihadapi Indonesia di tengah capaian ekonomi nasional. Ia menegaskan bahwa modernisasi dan kemajuan bangsa harus dirasakan oleh seluruh rakyat tanpa kecuali.
Hal itu disampaikan Prabowo saat memberikan pengarahan kepada kepala daerah se-Papua dan jajaran KEPP-OKP di Istana Negara, Jakarta Pusat, Selasa (16/12).
"Dalam keadaan negara yang modern yang kita cita-citakan dan yang mampu kita capai bersama tentunya negara kita harus menghilangkan kemiskinan dan ketertinggalan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita tidak bisa menerima kenyataan bahwa masih ada rakyat kita yang hidup dalam keadaan kesulitan, kekurangan, apalagi kelaparan," kata Prabowo.
Prabowo mengingatkan, meski Indonesia saat ini diakui sebagai ekonomi terbesar ke-8 dunia dan berpotensi masuk lima besar dalam dua dekade ke depan, tantangan utama yang dihadapi adalah pemerataan pembangunan dan kualitas tata kelola pemerintahan.
"Kita sebagai bangsa hari ini ekonomi kita diakui ke-8 terbesar di dunia, diperkirakan dalam waktu 15-20 tahun lagi kita bisa mencapai negara kelima bahkan keempat terbesar di dunia ekonomi kita. Masalahnya adalah pemerataan, masalahnya adalah pemerintahan kita, pengelolaan kita, manajemen kita sebagai bangsa," ujar dia.
Prabowo menuturkan bahwa Indonesia memiliki potensi kekayaan yang luar biasa. Namun, ia tak menampik bahwa kekayaan tersebut masih belum bisa dimaksimalkan.
"Kita semakin hari semakin tahu betapa potensi, betapa kenyataan kekayaan kita. Tetapi kita juga harus mengakui bahwa kita masih belum andal dan belum cakap untuk menjaga dan mengelola kekayaan kita masing-masing," pungkasnya.




