FAJAR, SURABAYA – Mantan pelatih PSIS Semarang dan Borneo FC, Dragan Djukanovic, blak-blakan menyatakan minatnya untuk menahkodai Persebaya Surabaya di Super League 2025/2026.
Pelatih berlisensi UEFA Pro ini memandang Persebaya sebagai tim besar yang memiliki potensi luar biasa untuk kembali ke puncak kejayaan sepak bola Indonesia.
Pelatih asal Eropa ini mengaku sangat tertarik menukangi skuad kebanggaan Surabaya tersebut.
Setelah menyelesaikan tugas di Maziya Maldives, Dragan menyatakan statusnya saat ini adalah free agent.
“Tentu saja saya tertarik. Persebaya adalah klub besar dengan basis pendukung yang fantastis. Bagi saya, ini adalah tantangan besar untuk membangunkan raksasa yang sedang tertidur,” ungkap Dragan kepada JawaPos.com, Selasa (16/12/2025).
Meski berada jauh dari Indonesia, Dragan tetap memantau dinamika liga melalui aplikasi Vidio.
Ia mengaku sangat memahami tekanan dan ekspektasi yang ada di Indonesia.
Kepemimpinan yang Berani
Dragan menilai bahwa masalah yang dialami Persebaya Surabaya saat ini memerlukan pendekatan kepemimpinan yang tegas dan bervisi jelas.
Menurutnya, hasil yang kurang memuaskan musim ini hanyalah konsekuensi dari masalah internal yang harus segera ditemukan akarnya.
“Tim besar membutuhkan pemimpin yang berani. Seseorang yang tahu arah tim, namun ia juga harus diberi waktu dan dukungan penuh dari manajemen,” tuturnya.
Rekam Jejak di Indonesia
Dragan Djukanovic bukan orang baru di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Ia memiliki rekam jejak kontras di dua klub sebelumnya.
Di Borneo FC ia sukses membangun fondasi tim papan atas karena mendapat dukungan penuh dari Presiden Klub, Nabil Husein.
“Nabil adalah pemimpin yang mau mendengar ide pelatih, hasilnya Borneo konsisten di level tertinggi,” jelasnya.
Sedangkan di PSIS Semarang, Dragan mengaku kecewa karena idenya untuk membawa tim ke posisi tiga besar tidak didengar.
Menurutnya, itu menjadi salah satu penyebab performa tim menurun drastis setelah kepergiannya.
Kini, tawaran visi dan keberanian dari Dragan Djukanovic menjadi narasi menarik bagi masa depan Persebaya.
Apakah manajemen Green Force akan melirik sang pelatih Balkan?
Terancam Denda
Hingga pertengahan Desember 2025, kursi pelatih kepala di Persebaya Surabaya masih lowong.
Tim saat ini masih dipimpin oleh Uston Nawawi sebagai pelatih sementara (caretaker).
Kondisi ini mulai mengkhawatirkan karena regulasi liga menetapkan batas waktu maksimal 30 hari bagi klub untuk memiliki pelatih tetap sejak pelatih sebelumnya diakhiri.
Berdasarkan Pasal 34 regulasi liga, jika Persebaya gagal mendaftarkan pelatih baru tepat waktu, manajemen terancam sanksi denda administratif yang tidak sedikit.
Denda awal Rp100 juta untuk keterlambatan 30 hari pertama.
Denda lanjutan bisa meningkat hingga Rp200 juta jika kursi pelatih tetap kosong di bulan berikutnya.
Uston Nawawi sendiri mengaku belum ada instruksi khusus dari manajemen.
“Fokus saya dan staf saat ini adalah mempersiapkan laga selanjutnya. Belum ada komunikasi soal siapa pelatih definitif ke depan,” tegasnya. (*)




