Pasukan "ala NATO" Ini Siap Ambil Alih Ukraina, Jadi Lawan Baru Rusia

cnbcindonesia.com
12 jam lalu
Cover Berita
Foto: Para pemimpin Eropa tiba di Kyiv di tengah desakan gencatan senjata selama 30 hari. REUTERS/Valentyn Ogirenko

Jakarta, CNBC Indonesia - Kans jaminan keamanan bagi Ukraina pascagencatan senjata masih bersifat jangka panjang, namun Jerman menegaskan bahwa skema yang tengah dibahas Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dapat mencakup penggunaan pasukan penjaga perdamaian untuk menghadapi pelanggaran Rusia, jika kesepakatan damai benar-benar terwujud.

Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan di bawah jaminan pascagencatan senjata yang disediakan Amerika Serikat dan Eropa, pasukan penjaga perdamaian berpotensi bertindak aktif untuk menahan atau mengusir pasukan Rusia dalam kondisi tertentu.

Pernyataan itu disampaikan Merz dalam wawancara dengan televisi publik Jerman, ZDF, seraya menekankan bahwa skenario tersebut masih jauh dari realisasi.


Baca: AS Susun 3 Skenario Gulingkan Pemimpin Ini, Semuanya Berakhir Chaos

Menjawab pertanyaan mengenai rincian jaminan keamanan yang dibahas Amerika Serikat dalam pertemuan di Berlin pada Senin bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Merz mengatakan para penjamin harus siap bertindak jika Rusia melanggar ketentuan gencatan senjata.

"Kami akan mengamankan zona demiliterisasi di antara pihak-pihak yang bertikai dan, untuk lebih spesifik, kami juga akan bertindak terhadap serbuan dan serangan Rusia yang bersesuaian. Namun, kami belum sampai ke tahap itu," kata Merz, dikutip Rabu (17/12/2025).

Ia menilai komitmen yang ditunjukkan Washington sebagai perkembangan penting. "Fakta bahwa Amerika telah membuat komitmen seperti itu, melindungi Ukraina jika terjadi gencatan senjata seolah-olah wilayah NATO, menurut saya merupakan posisi baru yang sangat signifikan dari Amerika Serikat," ujarnya.

Hingga kini, Rusia belum menyetujui gencatan senjata yang disebut AS dan Eropa sebagai prasyarat bagi pemberian jaminan keamanan. Moskow juga belum menyepakati keberadaan pasukan Barat di darat Ukraina untuk membantu mengakhiri perang skala penuh yang dimulai ketika Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Dalam wawancara yang sama, Merz juga menyinggung perdebatan mengenai penggunaan aset Rusia yang dibekukan untuk mendanai pertahanan Ukraina. Ia memperkirakan peluang tercapainya kesepakatan di tingkat Eropa berada di kisaran "50:50".

Menurut Merz, langkah tersebut menjadi krusial mengingat Ukraina akan membutuhkan pendanaan setidaknya dua tahun lagi setelah paket pendanaan Eropa saat ini berakhir pada kuartal pertama 2026.

Baca: Pasukan Gabungan Siap "Ambil Alih" Ukraina, Syarat Damai dengan Rusia?

"Ada keberatan di seluruh Eropa, dan saya bisa memahami keberatan-keberatan itu," ujarnya. "Namun ... jika kita tidak bertindak sekarang dan membuat keputusan yang bisa kita ambil untuk menghentikan laju kemajuan tentara Rusia, lalu kapan kita akan melakukannya?"

Merz juga menanggapi nada keras terhadap Eropa dalam Strategi Keamanan Nasional terbaru Amerika Serikat. Ia mengatakan sikap tersebut tidak mengejutkannya, karena sejalan dengan berbagai kritik yang sebelumnya disampaikan Wakil Presiden AS JD Vance dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich awal tahun ini.

 


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ukraina Siap Lepas Ambisi Masuk NATO,Trump Klaim Damai Mendekat

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kapolres Pelabuhan Makassar Pimpin Langsung Lat Pra Ops Lilin 2025, Fokus Keamanan dan Kenyamanan Masyarakat
• 8 jam laluharianfajar
thumb
Kemenkes Tekankan Peran Hygiene Kit dan Emergency Kit untuk Cegah Penyakit Pascabencana
• 6 menit lalupantau.com
thumb
Sikapi Perkap soal Tugas Polisi, Yusril Sebut Pemerintah Masih Koordinasi
• 4 jam laluidntimes.com
thumb
Menkomdigi Dorong Sinergi Sains dan Industri Lewat AI
• 19 jam lalutvrinews.com
thumb
Pramono Lantik Iin Mutmainnah Jadi Walkot Jakbar, Dwi Oktavia Kadis PPPA
• 46 menit laludetik.com
Berhasil disimpan.