JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, pengelolaan utang dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dilakukan secara disiplin dan berkelanjutan, sehingga tidak akan membebani generasi muda.
Menurut Purbaya, utang negara selalu diukur berdasarkan kemampuan dan kemauan membayar, bukan semata dari besarnya nilai pinjaman. Pemerintah juga menjaga indikator fiskal utama tetap berada di level aman.
“Utang itu diukur dari kemampuan dan kemauan bayar. Rasio defisit kita dijaga di bawah 3 persen, utang di bawah 60 persen PDB. Kita jauh lebih disiplin dibanding banyak negara maju. Fiskal kita aman dan berkelanjutan,” kata Purbaya dalam Economic Outlook 2026 di KompasTV, Selasa (16/12/2025) malam.
Baca Juga: Utang Luar Negeri RI Oktober Sebesar 423,9 Miliar Dolar AS, Rasio PDB 29,3 Persen
Purbaya menjelaskan, pemerintah masih menerapkan kebijakan defisit secara terukur, yakni di kisaran 2,6–2,8 persen.
Defisit tersebut merupakan bagian dari kebijakan counter-cyclical untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
“Saat ekonomi melambat, kita gas. Kalau sudah tumbuh cepat, baru kita rem,” ujarnya.
Ia menegaskan, target pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak boleh berhenti di kisaran 5–6 persen. Jika terlalu cepat puas, Indonesia berisiko terjebak dalam middle income trap.
Baca Juga: UMKM Terdampak Bencana di Aceh-Sumatera Dapat Relaksasi KUR hingga 3 Tahun
“Kita ingin Indonesia masuk negara maju dalam 10–15 tahun,” sebutnya.
Penulis : Dina Karina Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV
- purbaya yudhi sadewa
- utang pemerintah indonesia
- pengelolaan utang
- kebijakan fiskal
- defisit apbn
- tantangan ekonomi 2026
