Penggunaan botol dot masih menjadi pilihan banyak orang tua, terutama bagi bayi yang mendapatkan ASI perah atau susu formula. Namun, kebiasaan ini tidak dianjurkan berlangsung terlalu lama karena dapat memengaruhi perkembangan mulut dan kemampuan minum anak.
Batas Usia Penggunaan Botol Dot pada AnakDokter yang juga konsultan laktasi, dr. Ayudya Soemawinata, BMedSc (Hons), IBCLC, mengingatkan pentingnya memahami batas usia ideal penggunaan botol dot serta transisi yang tepat menuju alat minum lain.
Ia menyarankan agar penggunaan botol dot dihentikan sepenuhnya maksimal pada usia 13 bulan. Rekomendasi ini merujuk pada pedoman dari American Academy of Pediatrics (AAP), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), serta Asosiasi Dokter Gigi Dunia. Dalam kondisi tertentu, batas toleransi maksimal adalah 18 bulan.
“Kalau dia sudah setahunan, itu akan lebih mudah dia untuk gampang menolak, gampang lebih drama,” ucapnya dalam acara Grand Opening playground Play At Sora di Jakarta Selatan, Minggu (14/12).
Ia menjelaskan, pada usia 6 bulan bayi sebenarnya sudah mampu belajar minum menggunakan straw cup atau gelas/botol yang disertai sedotan. Tahap awal bisa dimulai dengan straw cup yang tutupnya dapat ditekan sehingga cairan keluar dengan mudah. Dalam satu hingga dua minggu, anak biasanya mulai belajar menyedot secara mandiri.
Pentingnya Belajar Menyedot bagi AnakMenurut dr. Ayudya, proses belajar menyedot ini sangat bermanfaat bagi perkembangan oromotor anak, termasuk kekuatan otot pipi, mulut, dan koordinasi oral.
Selanjutnya, pada usia sekitar 10 bulan, anak dapat diperkenalkan dengan botol minum anak yang menggunakan sedotan dengan bandul di bagian bawah, sehingga anak perlu berusaha lebih aktif saat minum.
Ia menambahkan, minum menggunakan sedotan bukanlah hal yang mudah bagi anak. Anak harus belajar mengatur tekanan sedotan dan aliran cairan. Jika aliran terlalu deras, anak bisa tersedak, sementara jika terlalu pelan, cairan yang diminum menjadi sangat sedikit.
“Nanti lama-lama kalau botolnya udah nggak ada bandulnya, dia harus mengatur flow-nya. Kalau kekencangan, dia kesedak, kalau pelan, kesedikitan. Dia harus bisa ngatur, itu susah untuk anak,” tutupnya.



