EtIndonesia. Di Provinsi Heilongjiang, Tiongkok, taman satwa Afrika pertama resmi dibuka di kawasan Yabuli. Pada hari pembukaan, enam ekor singa Afrika yang gagah—lima betina dan satu jantan—berkeliaran di hutan yang baru mulai menghijau.
Untuk melatih naluri berburu para singa, staf taman menempatkan seekor anak sapi kuning berbobot sekitar 150 kilogram ke dalam area tersebut.
Namun yang terjadi justru mengejutkan:
Keenam singa yang baru berusia setahun lebih itu berjuang selama lebih dari dua jam, tetapi tetap tidak berhasil menjatuhkan anak sapi tersebut.
Anak sapi yang terluka malah menjadi semakin ganas. Dengan mata merah dan semangat bertahan hidup yang kuat, dia menendang tanah dengan kukunya, kemudian menyeruduk para singa. Singa-singa itu terkejut dan langsung mundur.
Akhirnya, setelah mengerahkan seluruh tenaga, lima singa betina berhasil menjatuhkan anak sapi itu. Singa jantan yang sejak tadi hanya mengamati dari kejauhan, baru setelah itu mendekat sambil mengaum beberapa kali—seolah baru ingat perannya.
Yang lebih mengejutkan, beberapa saat kemudian anak sapi yang terluka itu bangkit kembali, menatap garang ke arah singa-singa. Melihat itu, singa-singa yang tadi tampak perkasa langsung kehilangan keberanian dan enggan menyerang lagi.
Menurut staf taman, keenam singa tersebut dibesarkan oleh manusia, sehingga naluri berburu mereka jauh lebih lemah dibandingkan singa yang tumbuh di alam liar.
Pesan moral:
Dalam dialektika materialisme, setiap hal mengandung hubungan pertentangan sekaligus kesatuan. Dua sisi yang berlawanan dapat saling bergantung dan dapat berubah menjadi kebalikannya ketika kondisi tertentu terpenuhi.
Singa memiliki dua sifat yang berlawanan: ganas dan jinak. Karena dibesarkan secara domestik, sifat ganasnya berubah menjadi jinak—sebuah transformasi yang muncul akibat perubahan kondisi.
Sementara itu, anak sapi yang biasanya lemah dan tenang, ketika berada dalam ancaman hidup-mati, justru berubah menjadi ganas dan penuh perlawanan. Ini juga merupakan transformasi yang disebabkan oleh kondisi berbeda.(jhn/yn)
Singa dan anak sapi adalah dua sisi yang berlawanan; namun hubungan mereka berubah mengikuti perubahan lingkungan dan tekanan yang dihadapi.
Kisah ini menunjukkan bahwa segala benda dan makhluk hidup berkembang melalui gerak pertentangan sekaligus kesatuan, dan perubahan itu selalu terjadi ketika kondisi pendukungnya muncul.



/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F02%2F10%2F1db2fcd0d11eb808f4965bbb39af36de-cropped_image.png)

