Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke posisi Rp16.694 pada perdagangan hari ini, Rabu (17/12/2025) usai Bank Indonesia menahan suku bunga acuan di 4,75%.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup melemah tipis 3,50 poin atau 0,02% ke Rp16.694 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS menguat 0,47% ke 98,60.
Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia ditutup melemah. Yen Jepang terdepresiasi 0,50% bersama won Korea sebesar 0,45%. Adapun, yuan China dan ringgit Malaysia masing-masing terapresiasi 0,04% dan 0,09%.
Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa indeks dolar AS menguat setelah pelaku pasar mencermati berbagai data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis pada Selasa (16/12/2025).
Dia menjelaskan bahwa tingkat pengangguran AS tercatat naik ke level tertinggi dalam empat tahun terakhir, disertai data nonfarm payroll dan indeks manajer pembelian (PMI) Desember yang lebih lemah dari ekspektasi. Kondisi tersebut memperkuat sinyal perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.
Selain itu, data penjualan ritel AS untuk Oktober juga melambat dari bulan sebelumnya, di tengah kekhawatiran pasar terhadap kondisi likuiditas setelah The Fed kembali membeli obligasi pemerintah pada Desember 2025.
“Pelaku pasar kini menanti rilis data inflasi AS yang akan menjadi petunjuk arah kebijakan moneter The Fed ke depan,” ujar Ibrahim dalam keterangannya.
Dari sisi geopolitik, sentimen pasar turut dipengaruhi kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memerintahkan blokade terhadap kapal tanker minyak yang dikenai sanksi yang keluar masuk Venezuela.
Sementara dari dalam negeri, Ibrahim menilai keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI Rate di level 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur Desember 2025 menjadi faktor penahan tekanan terhadap rupiah.
Keputusan tersebut, lanjutnya, sejalan dengan inflasi yang masih terkendali dalam sasaran 2,5±1% serta upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang tinggi.
Ibrahim menambahkan bahwa inflasi Indonesia tercatat melambat dari 2,86% secara tahunan pada Oktober menjadi 2,72% pada November 2025, meski masih berada di kisaran atas target Bank Indonesia.
Di sisi lain, kombinasi penurunan Fed Funds Rate dan sikap BI yang mempertahankan suku bunga kebijakan dinilai turut mendorong masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan domestik.
Untuk perdagangan besok, Kamis (18/12/2025), Ibrahim memproyeksikan bahwa rupiah bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada kisaran Rp16.690 hingga Rp16.720 per dolar AS.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.




