PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) mengantongi dana sebesar Rp2,79 triliun dari hasil penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Dana tersebut diklaim akan difokuskan untuk memperluas penyaluran kredit ke segmen underbanked serta memperkuat teknologi dan sistem digital perseroan.
Chief Financial Officer Superbank Melisa Hendrawati mengatakan, sekitar 70% dana IPO dialokasikan sebagai modal kerja untuk mendorong penyaluran kredit, sementara 30% sisanya digunakan untuk penguatan kapabilitas teknologi. Strategi tersebut dirancang untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan sekaligus menjaga disiplin pengelolaan modal.
“Sekitar 70% dana IPO akan digunakan sebagai modal kerja untuk memperkuat penyaluran kredit, khususnya kepada segmen yang masih underbanked. Segmen ini sangat besar dan aktif di Indonesia,” ujar Melisa dalam konferensi pers usai IPO Superbank di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Baca Juga: Mengintip Kinerja Superbank Usai Listing di Bursa
Menurut Melisa, penyaluran kredit akan difokuskan pada sektor-sektor produktif yang selama ini memiliki keterbatasan akses terhadap pembiayaan formal. Manajemen menilai langkah ini berpotensi mendorong pertumbuhan pendapatan bunga sekaligus memperluas inklusi keuangan.
Sementara itu, sekitar 30% dana IPO dialokasikan untuk penguatan teknologi dan sistem digital. Investasi tersebut mencakup pengembangan produk perbankan digital, sistem pembayaran, infrastruktur teknologi informasi, serta pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan analisis data.
“Sebagai bank digital, teknologi menjadi tulang punggung operasional kami. Investasi ini ditujukan untuk memperkuat sistem, meningkatkan efisiensi, serta mendukung efektivitas jangka panjang,” kata Melisa.
Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Saham Superbank (SUPA) Meroket 24,41%
Ia menyebutkan, strategi penggunaan dana IPO ini berbeda dengan pendekatan sejumlah bank digital yang cenderung agresif dalam ekspansi pemasaran. Superbank memilih memprioritaskan pertumbuhan berbasis kualitas aset dan efisiensi operasional, seiring meningkatnya perhatian investor terhadap profitabilitas industri perbankan digital.
Sementara itu, Presiden Direktur Superbank Tigor Siahaan menambahkan, pemanfaatan data dari ekosistem menjadi salah satu keunggulan perseroan dalam mendukung strategi penyaluran kredit. Integrasi data transaksi dinilai memungkinkan perusahaan membangun model credit scoring yang lebih akurat.
“Data dari ekosistem memberi kami pemahaman yang lebih dalam terhadap perilaku nasabah. Ini membantu kami menyalurkan kredit dengan risiko yang lebih terukur dan return yang lebih baik,” ujar Tigor.





