VIVA – Riyan Jefri Hamonangan Lumbanbatu berhasil meraih medali emas cabang olahraga kickboxing SEA Games 2025 di di John Paul II Sports Center, Assumption University, Bangkok Selasa 16 Desember 2025.
Di balik hiruk-pikuk kabar tak sedap sebelumnya, momen itu menjadi penanda bahwa kickboxing Indonesia masih memiliki cerita tentang daya juang, tentang harapan, dan tentang seorang anak tukang pijat keliling yang menolak menyerah pada keadaan.
Sebelum emas itu diraih, kickboxing Indonesia berada dalam sorotan tajam. Isu pemulangan manajer tim Rosi Nurasjati, curahan hati atlet yang merasa dicurangi, hingga berbagai informasi simpang siur di media sosial membuat situasi semakin keruh. Klarifikasi demi klarifikasi muncul, namun suasana tak kunjung reda. Dalam kondisi itulah, emas Jefri hadir seperti penawar. Satu-satunya alasan Indonesia masih bisa pulang dengan kepala tegak.
Menariknya, Jefri datang ke SEA Games nyaris tanpa persiapan ideal. Ia mengaku dipanggil secara mendadak. Tanpa banyak waktu pemanasan, tanpa keluhan. Bagi Jefri, prinsip sebagai petarung hanya satu: selalu siap kapan pun dan di mana pun.
Di partai final nomor K-1 60 kilogram putra, Jefri menghadapi petarung tuan rumah, Akkrit Kongtook. Duel berlangsung ketat sejak ronde pertama. Jefri sempat tertinggal, terbawa ritme lawan, dan mendapat tekanan dari sorakan publik Thailand. Namun perlahan ia bertahan, membaca celah, menyamakan kedudukan, lalu membalikkan keadaan. Kemenangan 2-1 memastikan emas jatuh ke tangannya.
Di atas ring, Jefri tampak gagah sebagai juara. Namun kisah sesungguhnya justru dimulai ketika ia turun dari arena.
Di ruang ganti, suasana mendadak hening. Jefri menangis. Tangis yang bukan sekadar luapan lelah, melainkan emosi yang lama terpendam. Ia melangkah ke sudut ruangan, mendekati patung Yesus dan salib, lalu tertunduk.
“Bapak, aku berhasil, Pak. Aku dapat emas. Aku bisa,” ucap Jefri berulang kali.
Ayahnya wafat setahun lalu, di tengah persiapan menuju SEA Games. Sosok yang menjadi sandaran moral dan pelindung keluarga itu pergi tanpa sempat melihat anaknya berdiri sebagai juara. Rekan setim dan pelatih memilih memberi ruang, membiarkan Jefri meluapkan duka yang ia simpan sendiri.





