FAJAR, JAKARTA — Isu mengenai siapa sosok yang akan mengisi kursi pelatih kepala Persebaya Surabaya mulai menemukan titik terang. Nama Benjamin Mora, mantan pelatih klub raksasa Malaysia Johor Darul Ta’zim (JDT), kini mencuat sebagai kandidat terkuat pengganti Eduardo Perez.
Isyarat itu menguat setelah publik sepak bola nasional mencermati aktivitas media sosial Mora. Akun Instagram miliknya, @misterbenjaminmora, diketahui mengikuti sejumlah akun yang berafiliasi langsung dengan Persebaya Surabaya. Mulai dari akun resmi klub, Persebaya Official Store, hingga akun komunitas suporter Persebaya Fans Club (persebayafc.id).
Meski aktivitas di media sosial bukan indikator resmi, sinyal ini cukup kuat untuk memantik spekulasi. Dalam dunia sepak bola modern, langkah semacam itu sering kali menjadi “kode halus” sebelum pengumuman resmi dilakukan.
Keresahan Bonek dan Kebutuhan Akan Pelatih Definitif
Sejak ditinggal Eduardo Perez, kursi pelatih kepala Persebaya memang belum sepenuhnya stabil. Manajemen masih mempercayakan tim kepada caretaker, namun situasi ini memunculkan kegelisahan di kalangan Bonek Mania.
Bagi suporter, ketidakpastian di posisi pelatih bukan sekadar soal teknis, melainkan menyangkut arah dan ambisi klub. Persebaya, dengan sejarah besar dan basis suporter fanatik, dituntut untuk selalu kompetitif di papan atas Super League.
Dalam konteks inilah, nama Benjamin Mora dipandang sebagai figur yang relevan. Ia bukan pelatih sembarangan, melainkan sosok dengan rekam jejak prestasi dan pengalaman lintas benua.
Rekam Jejak Mentereng di Malaysia
Nama Benjamin Mora melejit saat menukangi Johor Darul Ta’zim pada periode 2017 hingga 2022. Bersama JDT, Mora menjelma menjadi simbol dominasi sepak bola Malaysia.
Dalam kurun waktu tersebut, Mora mempersembahkan empat gelar juara Liga Malaysia, empat Piala Super Malaysia, serta satu Piala Malaysia. Di bawah arahannya, JDT tak hanya menang, tetapi juga dikenal dengan permainan modern, agresif, dan terorganisasi.
Statistiknya pun impresif. Dari 85 pertandingan bersama JDT, Mora mencatatkan rataan 2,40 poin per laga. Angka ini mencerminkan konsistensi dan efektivitas tinggi, sesuatu yang sangat dibutuhkan klub sebesar Persebaya.
Keberhasilan Mora di Malaysia juga menunjukkan kemampuannya beradaptasi dengan sepak bola Asia Tenggara—sebuah keunggulan penting jika ia benar-benar menukangi Persebaya.
Petualangan di Amerika Utara
Setelah meninggalkan JDT, Mora kembali ke benua Amerika. Ia sempat menangani Atlas Guadalajara di Liga MX, kompetisi elite Meksiko, selama satu musim. Meski tak menghasilkan trofi, pengalaman ini memperkaya perspektif Mora dalam menghadapi atmosfer kompetisi dengan tekanan tinggi.
Petualangannya berlanjut ke Kanada. Mora dipercaya menangani York United di liga utama Kanada selama satu tahun. Di sana, ia dikenal sebagai pelatih yang berani memberi ruang bagi pemain muda dan mengedepankan permainan progresif.
Saat ini, berdasarkan data Transfermarkt, Mora tercatat sebagai pelatih Queretaro FC di Liga MX Apertura musim 2025/2026. Catatan performanya memang belum terlalu mengilap: enam kemenangan, dua hasil imbang, dan sembilan kekalahan dari 17 laga.
Namun, konteks klub dan materi pemain kerap menjadi faktor penentu. Banyak pengamat menilai capaian tersebut tidak serta-merta mencerminkan kualitas Mora secara keseluruhan.
Kecocokan dengan Persebaya
Jika benar Benjamin Mora berlabuh ke Surabaya, ia diyakini akan membawa dampak positif bagi Persebaya. Filosofi bermainnya yang menekankan penguasaan bola, transisi cepat, dan disiplin taktik dinilai cocok dengan karakter pemain Green Force.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah keberadaan Francisco Rivera, gelandang Persebaya yang juga berkewarganegaraan Meksiko. Rivera bisa menjadi jembatan komunikasi sekaligus membantu Mora beradaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Kehadiran sosok senegara di ruang ganti kerap menjadi katalis adaptasi pelatih asing, terutama pada fase awal kepemimpinan.
Menanti Kepastian dari Manajemen
Meski isyarat semakin kuat, manajemen Persebaya hingga kini masih memilih bersikap hati-hati. Belum ada pernyataan resmi terkait penunjukan pelatih baru.
Namun, di tengah tekanan publik dan tuntutan kompetisi yang kian ketat, Persebaya tak punya banyak waktu untuk berlama-lama dalam ketidakpastian.
Bagi Bonek, pengumuman pelatih definitif bukan lagi sekadar harapan, melainkan kebutuhan mendesak. Nama Benjamin Mora kini berdiri di garis terdepan sebagai jawaban atas kegelisahan itu.
Apakah sinyal di media sosial akan berujung pada kesepakatan resmi? Atau sekadar rumor yang kembali menguap? Waktu akan menjawab. Namun satu hal pasti, isyarat kuat Benjamin Mora telah menyalakan kembali optimisme di Kota Pahlawan.



