Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini terjadi pelemahan, padahal sempat digdaya di perdagangan pagi. Pelemahan ini juga terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya.
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 17 Desember 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.694 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah tipis tiga poin atau setara 0,02 persen dari posisi Rp16.691 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah tiga poin, sebelumnya sempat menguat 10 poin di level Rp16.694 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.691 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance justru menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.680 per USD. Rupiah menguat delapan poin atau setara 0,05 persen dari Rp16.688 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.698 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah lima poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.693 per USD.
Baca juga: BI Tahan Suku Bunga Acuan Tetap 4,75% Ekonomi AS beragam
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen data ekonomi AS yang beragam, terutama data penggajian non-pertanian dan tingkat pengangguran yang lebih tinggi. Tingkat pengangguran AS mencapai level tertinggi dalam empat tahun, memicu kekhawatiran terhadap perekonomian.
Tanda-tanda pendinginan ekonomi AS semakin diperkuat oleh data indeks manajer pembelian (PMI) yang lebih lemah dari perkiraan untuk Desember. Sementara data penjualan ritel yang tertunda untuk Oktober juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan bulan sebelumnya.
"Data yang lemah ini muncul di tengah kekhawatiran yang masih ada mengenai tingkat likuiditas di pasar AS, terutama setelah Federal Reserve melanjutkan aktivitas pembelian obligasi pemerintah, yang disebut sebagai pelonggaran kuantitatif pada Desember," jelas Ibrahim.
Fokus sekarang tertuju pada data inflasi indeks harga konsumen (CPI) yang akan datang, yang akan dirilis pada Kamis, dan akan di pantau secara cermat untuk setiap tanda pendinginan inflasi sehingga mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang ekonomi terbesar di dunia.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
BI tahan suku bunga
Di dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunga acuan, BI Rate, di level 4,75 persen pada Desember 2025. Sementara itu, suku bunga deposit facility juga tetap bertahan di 3,75 persen dan suku bunga lending facility tetap di 5,5 persen.
Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5 persen plus minus satu persen, upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta sinergi untuk turut memperkuat pertumbuhan ekonomi.
BI mempertahankan suku bunga kebijakan pada level 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur terakhir 2025 sembari tetap waspada dan siap mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Hal ini mempertimbangkan pelambatan inflasi dari 2,86 persen (yoy) menjadi 2,72 persen (yoy) pada November 2025. Tingkat inflasi ini juga masih berada di kisaran atas target BI sebesar 1,5 persen sampai 3,5 persen dan relatif tinggi dibandingkan awal tahun.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Kamis besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.690 per USD hingga Rp16.720 per USD," jelas Ibrahim.



