PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) membukukan laba bersih sebesar Rp 2,91 triliun hingga akhir November 202%, naik 21% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja laba ini, antara lain ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit dan strategi pendanaan yang lebih efisien.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan, pihaknya berhasil menjaga pertumbuhan kinerja yang konsisten hingga menjelang akhir tahun 2025. Hal ini seiring dengan penerapan strategi penyaluran kredit yang lebih terarah dan terstruktur, serta upaya peningkatan dana murah di tengah tren penurunan biaya dana (cost of fund).
“Pencapaian kinerja BTN hingga akhir November 2025 menunjukkan bahwa BTN mampu menjaga pertumbuhan positif yang tetap on track menuju akhir tahun sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan. BTN masih akan terus mengoptimalisasi upaya untuk mencapai target akhir tahun dengan tetap diiringi kehati-hatian dan langkah yang cermat,” ujar Nixon dalam siaran pers, Rabu (17/12).
Ia memastikan, BTN akan tetap fokus pada penyaluran kredit ke sektor perumahan terutama KPR subsidi dan nonsubsidi dalam rangka memenuhi kebutuhan hunian di Indonesia. Pihaknya juga akan mendorong penyaluran kredit korporasi ke berbagai sektor di sekitar perumahan, termasuk sektor real estate, listrik, gas, air, dan perdagangan besar.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan BTN, penyaluran kredit dan pembiayaan tumbuh 8,74% secara tahunan mencapai Rp386,47 triliun hingga 30 November 2025.
Di sisi lain, BTN membukukan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 15,77% secara tahuunan menjadi Rp 423,96 triliun. Kenaikan DPK terutama didorong oleh dana murah (current account and saving account/CASA).
Nixon memastikan, pihakya akan melanjutkan strategi peningkatan pendanaan berbiaya murah terutama yang berasal dari nasabah ritel maupun institusi skala menengah. Hal ini dilakukan untuk mempercepat tren penurunan biaya dana di BTN.
“Peningkatan DPK ritel ditunjang adanya solusi digital berupa superapp Bale by BTN yang terus meningkat di sisi jumlah pengguna dan transaksi, serta Bale Korpora untuk cash management korporasi dari berbagai sektor,” kaya Nixon.
Pertumbuhan kredit dan pembiayaan serta DPK membuat aset BTN naik 12,16% secara tahunan menjadi Rp 503,99 triliun hingga akhir November 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp449,36 triliun. Nixon menyebut, total aset tersebut telah melampaui target aset Rp500 triliun yang ditetapkan pada awal 2025.
Selain itu, menurut Nixon, pihaknya juga hampir merampungkan proses pemindahan unit usaha syariah (UUS) ke bank umum syariah yang baru yakni PT Bank Syariah Nasional (BSN), dengan target Day One Operation atau beroperasi secara perdana pada 22 Desember 2025 sesuai target yang telah ditentukan.




