- Pada 14 Desember 2025, drone di tambang emas Ketapang memicu insiden serius dengan empat prajurit TNI yang diserang belasan WNA China bersenjata.
- Kejadian bermula saat TNI sedang Latihan Dalam Satuan dan mendatangi operator drone, mengakibatkan kerusakan properti perusahaan akibat perselisihan.
- Pihak berwenang mengamankan 26 WNA untuk pemeriksaan dokumen dan mendalami motif penerbangan drone serta penyerangan terhadap aparat tersebut.
Suara.com - Langit di atas kawasan tambang emas PT Sultan Rafli Mandiri (SRM) di Ketapang, Kalimantan Barat, pada Minggu, 14 Desember 2025, tiba-tiba diusik oleh deru baling-baling kecil.
Sebuah drone melayang-layang, gerakannya terpantau oleh petugas keamanan perusahaan dan sekelompok prajurit TNI dari Batalyon Zeni Tempur 6/Satya Digdaya yang diklaim sedang berlatih di area tersebut.
Apa yang bermula dari sebuah objek terbang tak dikenal itu lalu dengan cepat berubah menjadi insiden serius. Empat prajurit TNI yang mendekati operator drone untuk meminta klarifikasi disambut agresi.
Situasi memanas dan dalam sekejap, mereka dikepung oleh belasan Warga Negara Asing (WNA) asal China yang disebut-sebut bersenjatakan parang, airsoft gun, hingga alat setrum.
Insiden ini bukan sekadar bentrokan biasa. Ia membuka kotak pandora tentang pengawasan tenaga kerja asing, keamanan di objek vital, dan marwah aparat. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di pedalaman Ketapang?
Apa yang Sebenarnya Terjadi? Dari Drone ke PenyeranganKapendam XII/Tanjungpura, Kolonel Infanteri Yusub Dody Sandra, mengonfirmasi bahwa kejadian diawali dari laporan satpam PT SRM mengenai drone yang terbang di sekitar area latihan prajurit TNI.
"Selanjutnya anggota melakukan pengejaran serta mendatangi lokasi orang yang mengoperasikan drone. Ternyata drone tersebut dioperasikan oleh empat orang WNA asal Beijing," jelas Yusub dalam keterangannya, dikutip Suara.com, Rabu (17/12/2025).
Saat keempat WNA itu hendak dimintai keterangan, situasi berubah drastis. Sebanyak 11 WNA China lainnya tiba-tiba datang dan melakukan penyerangan terhadap anggota TNI.
"Mereka melakukan penyerangan terhadap anggota dengan menggunakan senjata tajam (parang), airsoft gun, dan satu alat setrum," ungkap Yusub.
Baca Juga: Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
Dalam insiden itu, sedikitnya mengakibatkan satu unit mobil Hilux milik perusahaan dan satu motor karyawan rusak berat.
Mengapa Ada Anggota TNI di Area Tambang?Kehadiran prajurit TNI di lokasi tambang swasta sontak memicu pertanyaan. Namun, baik pihak TNI maupun PT SRM mengklaim mereka tidak dalam tugas pengamanan perusahaan.
Para prajurit tersebut disebut tengah melaksanakan Latihan Dalam Satuan (LDS), sebuah program rutin militer.
"Keberadaan anggota TNI di area tambang sama sekali tidak berkaitan dengan pengamanan perusahaan," tutur kuasa hukum PT SRM, Muchamad Fadzri.
Kolonel Yusub juga mengonfirmasi hal yang sama. Ia menegaskan para prajurit diserang saat "melaksanakan Latihan Dalam Satuan".
Miskomunikasi yang Berujung FatalMenurut Fadzri, situasi memanas akibat miskomunikasi saat proses klarifikasi. Petugas keamanan perusahaan, dibantu anggota TNI yang ada di lokasi, menurutnya sempat mencoba mendekati para WNA secara persuasif untuk menanyakan tujuan penerbangan drone di area operasional.



