Pada perdagangan 17 Desember 2025 harga saham ditutup di level Rp1.135 per saham.
IDXChannel — Saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) mencatatkan tren penguatan dalam tiga bulan terakhir.
Pada awal September 2025, harga penutupan saham ini masih bergerak di kisaran Rp960 per saham, sementara pada perdagangan 17 Desember 2025 ditutup di level Rp1.135 per saham.
Pergerakan tersebut merefleksikan kenaikan sekitar 18,85 persen dalam kurun waktu sekitar tiga bulan, dengan beberapa kali reli yang disertai lonjakan volume. Sepanjang tahun ini harga saham TUGU tertinggi pada level Rp1.180 yang dicapai pada 12 Desember lalu.
"Kenaikan saham TUGU dalam 3 bulan cenderung konsisten karena tercatat pertumbuhan juga terjadi pada data 1 minggu, serta 1 bulan terakhir dengan masing-masing 1,79 persen, serta 11,82 persen," ujar Research Analyst Phintraco Nurwachidah dalam risetnya Rabu (17/12/2025).
Dia menilai saham TUGU cenderung tidak masuk radar banyak pelaku pasar karena likuiditas saham yang diperdagangan masih relatif kecil. Meski demikian, tuturnya, saham ini punya potensi besar karena secara valuasi masih relatif murah.
Rasio price to book value (PBV) perseroan saat ini tercatat masih berada di bawah 0,4x, jauh di bawah kisaran satu kali yang lazim dijadikan acuan wajar untuk emiten.
Dari sisi kinerja operasional, TUGU membukukan pertumbuhan yang konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Laporan keuangan konsolidasian hingga Kuartal III-2025 menunjukkan premi bruto meningkat 5,6 persen secara tahunan, dari sekitar Rp6,86 triliun pada September 2024 menjadi sekitar Rp7,25 triliun pada September 2025.
Laba tahun berjalan juga naik sekitar 5,9 persen dari Rp592 miliar menjadi Rp626 miliar pada periode yang sama.
Total aset perseroan tumbuh 15,9 persen menjadi sekitar Rp32,0 triliun, sementara ekuitas meningkat sekitar 6,1 persen menjadi Rp11,1 triliun. "Pertumbuhan TUGU bukan hanya terjadi pada sisi top line, tetapi juga tercermin pada penguatan struktur neraca perusahaan," ujarnya.
Kinerja tersebut juga ditopang oleh posisi permodalan yang sangat kuat jika dibandingkan dengan rata-rata industri. Risk-Based Capital (RBC) TUGU tercatat berada di kisaran 360,9 persen, jauh di atas kisaran rata-rata industri asuransi umum dan reasuransi di kisaran 326 persen. Rasio Kecukupan Investasi (RKI) perseroan juga dilaporkan pada level 272,6 persen, jauh lebih tinggi dari rata-rata sektor yang di kisaran 166,5 persen.
Di sisi distribusi laba kepada pemegang saham, TUGU konsisten membagikan dividen tunai dengan dividend payout ratio yang dalam tiga tahun terakhir berada di kisaran 40 persen.
Pola pembagian dividen yang terjaga ini memberi sinyal bahwa perusahaan tidak hanya berfokus pada ekspansi, tetapi juga pada pemberian imbal hasil langsung kepada investor.
"Dengan harga saham yang masih mencerminkan PBV di bawah 0,4 kali dan riwayat pembagian dividen yang stabil, kombinasi antara potensi apresiasi harga dan penerimaan dividen menjadi salah satu alasan saham ini mulai dilirik kembali oleh pelaku pasar," ujar Nurwachidah.
Dia menambahkan bahwa pergerakan saham TUGU dalam tiga bulan terakhir baru mencerminkan penyesuaian awal terhadap fundamental perusahaan.
Menurutnya, kenaikan sekitar 16 persen dalam periode tersebut belum sepenuhnya mengimbangi posisi PBV yang masih berada jauh di bawah satu kali. Ia menilai, dengan pertumbuhan premi dan laba yang tetap positif, serta neraca yang menguat, ruang re-rating valuasi masih terbuka.
Di sisi lain, Nurwachidah menyoroti bahwa kekuatan modal dan disiplin prudent underwriting TUGU menjadi faktor penting di balik konsistensi kinerja lima tahun terakhir.
Ia mencatat, posisi RBC yang tinggi dan profil investasi yang terjaga memberi perusahaan buffer yang cukup untuk menyerap volatilitas risiko, sekaligus tetap menjaga kemampuan membayar dividen secara rutin kepada pemegang saham.
(kunthi fahmar sandy)


