Penulis: Nirmala Hanifah
TVRINews, Jakarta
Dinas Sosial Provinsi Aceh terus memastikan pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat terdampak banjir melalui penyediaan dapur umum yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota. Layanan dapur umum ini tidak hanya diperuntukkan bagi pengungsi, tetapi juga bagi warga yang rumahnya tidak dapat dihuni maupun digunakan untuk memasak.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Aceh, Chaidir, mengatakan dapur umum menjadi salah satu bentuk layanan dasar bagi masyarakat yang terdampak langsung bencana, terutama bagi warga yang tetap tinggal di sekitar rumahnya untuk melakukan pembersihan pascabanjir.
“Sebagian masyarakat tidak mengungsi, tetapi rumahnya tidak bisa ditempati atau digunakan untuk memasak. Mereka membersihkan rumah di pagi hari, lalu datang ke dapur umum saat waktu makan,” ujar Chaidir pada Rabu, 17 Desember 2025
Menurut Chaidir, layanan makanan diberikan tiga kali sehari, yakni makan pagi, siang, dan malam. Selain itu, pada beberapa titik pengungsian, makan siang juga didukung oleh dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sebelumnya melayani sekolah dan kini dialihkan ke lokasi terdampak banjir.
Hingga saat ini, Kementerian Sosial memfasilitasi 14 dapur umum di Aceh. Dapur tersebut tersebar di sejumlah daerah, antara lain satu dapur umum di Kabupaten Aceh Tamiang dengan kapasitas 6.000 porsi per hari.
“Lima dapur umum di Kabupaten Pidie dengan total 35.592 porsi per hari, satu dapur umum di Kota Langsa dengan 2.000 porsi per hari, dua dapur umum di Kabupaten Bireuen dengan 3.700 porsi per hari, serta lima dapur umum di Kabupaten Pidie Jaya dengan total 37.886 porsi per hari,” bebernya
Jumlah dapur umum yang difasilitasi Kementerian Sosial mengalami penyesuaian seiring berkurangnya titik pengungsian.
“Pada 9 Desember lalu tercatat 21 dapur umum, dan kini tersisa 14 dapur umum aktif karena sejumlah lokasi pengungsian telah ditutup,” ungkapnya
Selain dapur umum yang dikelola pemerintah, Dinas Sosial Aceh juga mencatat ratusan dapur umum mandiri yang dikelola langsung oleh masyarakat. Dinas Sosial berperan menyediakan bahan pangan, sementara proses memasak dilakukan secara gotong royong di tingkat gampong.
Di Kabupaten Aceh Utara, tercatat 504 dapur umum mandiri yang melayani lebih dari 173 ribu jiwa. Sementara di Aceh Timur terdapat 44 dapur umum mandiri yang melayani lebih dari 21 ribu jiwa.
Di Kabupaten Bener Meriah, terdapat 57 dapur umum mandiri dengan layanan lebih dari 7 ribu jiwa. Dapur umum mandiri juga tersebar di Gayo Lues, Lhokseumawe, Nagan Raya, Aceh Tengah, Pidie, Langsa, dan Bireuen.
“Secara keseluruhan, dapur umum mandiri milik masyarakat mencapai 625 titik dan melayani lebih dari 224 ribu jiwa. Ini menunjukkan masyarakat Aceh memiliki kemandirian dan solidaritas yang kuat,” jelas Chaidir.
Chaidir menambahkan, tidak semua penerima layanan dapur umum merupakan pengungsi. Banyak warga yang rumahnya tertimbun lumpur hingga satu hingga dua meter sehingga tidak memungkinkan untuk memasak. Dalam kondisi tersebut, makanan disiapkan di dapur umum lalu diantar langsung ke perkampungan.
“Walaupun rumahnya masih ada, tetapi rusak berat dan tidak bisa digunakan, masyarakat tetap kita layani. Ada juga dapur umum yang menyiapkan makanan untuk dibungkus dan diantarkan langsung ke rumah warga,” katanya.
Dinas Sosial memastikan layanan dapur umum akan terus disesuaikan dengan kondisi di lapangan, seiring perkembangan situasi dan kebutuhan masyarakat terdampak bencana.
Editor: Redaktur TVRINews

/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2025%2F02%2F27%2Fa1ea4f37-93dc-42bb-9ee7-c2fcc7209d1c_jpg.jpg)


