Liputan6.com, Jakarta - PT Super Bank Indonesia Tbk (Superbank) melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dan menjadi salah satu aksi korporasi paling menyita perhatian pasar modal Indonesia di penghujung 2025.
Dengan menggunakan kode saham SUPA, IPO Superbank mencatatkan respons investor yang sangat kuat, bahkan menorehkan rekor tingkat kelebihan permintaan.
Advertisement
Dan pada hari ini, Rabu (17/12/2025), PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham SUPA melonjak dari harga perdana Rp 635 per saham.
Mengutip data RTI, saat perdagangan perdana, harga saham SUPA dibuka langsung naik 24,41% atau 155 ke posisi Rp 790 per saham. Harga saham SUPA tersebut langsung cetak auto reject atas (ARA).
Pada awal sesi pagi, total frekuensi perdagangan 1.208 kali dengan volume perdagangan 20.369 saham. Nilai transaksi Rp 1,6 miliar pada pembukaan perdagangan saham.
Pada Rabu siang, total frekuensi perdagangan 5.190 kali dengan volume perdagangan saham 4.054.565 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 318,1 miliar.
Adapun ARA merupakan batas kenaikan maksimal harga saham dalam satu hari. BEI menerapkan sistem auto rejection simetris mulai 4 September 2023. Rentang harga saham Rp 50-Rp 200 per saham memiliki batas ARA 35%, Rp 200-Rp 5.000 per saham sebesar 25%, dan di atas Rp 5.000 per saham 20%.
Lalu, seperti apa fakta-fakta Superbank melakukan IPO? Salah satunya, IPO Superbank tercatat oversubscribed atau kelebihan permintaan hingga 318,69 kali, dengan jumlah permintaan investor yang mencapai lebih dari 1 juta order.
Selain itu, Superbank melepas 4,40 miliar saham atau setara 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga penawaran ditetapkan di kisaran Rp 525–Rp 695 per saham, dengan harga final berada di level Rp 635 per saham. Dengan demikian, perseroan akan meraup dana Rp 2,79 triliun dari IPO.
Lantas, seperti apa IPO PT Super Bank Indonesia Tbk (Superbank)? Simak selengkapnya dalam rangkaian Infografis berikut ini:



