Ahli Ingatkan Dampak Makanan Ultraproses, Konsumsi Berlebih Picu Berbagai Penyakit

mediaindonesia.com
21 jam lalu
Cover Berita

MAKANAN olahan ultraproses semakin mendominasi pola konsumsi masyarakat modern. Produk-produk, mulai dari minuman ringan, camilan kemasan, sereal sarapan manis, hingga makanan siap saji dipilih karena praktis, mudah ditemukan, dan memiliki masa simpan yang panjang. Namun, di balik kepraktisannya, berbagai penelitian mulai menyoroti dampak buruknya terhadap kesehatan.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Advances in Nutrition menemukan bahwa konsumsi makanan ultraproses berkaitan dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit kronis. 

Di antaranya adalah diabetes, hipertensi, dislipidemia atau gangguan kadar lemak dalam darah, serta obesitas. Kondisi-kondisi ini diketahui sebagai faktor utama pemicu penyakit jantung dan pembuluh darah.

Melansir laman American Society for Nutrition, Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu contoh negara dengan tingkat konsumsi makanan ultra-proses yang sangat tinggi. 

Rata-rata, sekitar 55% asupan energi harian orang dewasa di negara tersebut berasal dari produk ultra-proses. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran karena pola konsumsi serupa juga mulai terjadi di banyak negara lain, seiring meningkatnya gaya hidup serba instan.

Dalam kajian berjudul Ultra-Processed Foods and Human Health: A Systematic Review and Meta-Analysis of Prospective Cohort Studies, para peneliti menganalisis data dari 25 studi kohort. 

Analisis ini bertujuan menilai hubungan antara konsumsi makanan ultra-proses dengan risiko diabetes, hipertensi, dislipidemia, dan obesitas. Hasilnya menunjukkan adanya keterkaitan yang konsisten antara tingginya konsumsi makanan ultra-proses dan meningkatnya risiko gangguan kesehatan tersebut.

Meski menunjukkan hubungan yang signifikan, para peneliti mengingatkan bahwa kualitas bukti ilmiah yang tersedia masih tergolong rendah berdasarkan sistem penilaian NutriGrade. 

Selain itu, besarnya risiko yang dilaporkan dapat berbeda-beda tergantung pada metode yang digunakan untuk mengukur konsumsi makanan ultra-proses dalam setiap penelitian.

Terlepas dari keterbatasan tersebut, para penulis menilai hasil kajian ini tetap mendukung rekomendasi kesehatan masyarakat untuk membatasi konsumsi makanan ultraproses. 

Mereka juga menekankan pentingnya pengembangan metode penilaian yang lebih akurat, termasuk pemetaan jenis produk, kandungan gizi, serta proses dan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatannya.

Kajian ini turut disertai editorial pendamping yang menegaskan bahwa bukti ilmiah terkait dampak buruk makanan ultra-proses terhadap kesehatan sudah cukup kuat untuk mendapat perhatian serius. 

Editorial tersebut menyebutkan bahwa variasi hasil penelitian tidak sebesar yang sering diklaim oleh industri makanan ultra-proses dan pihak terkait lainnya.

Dengan semakin banyaknya temuan ilmiah, para ahli mengimbau masyarakat untuk lebih bijak dalam memilih makanan. 

Membatasi konsumsi makanan ultra-proses, membaca label dengan cermat, serta mengutamakan bahan pangan segar dan minim proses dinilai menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan dalam jangka panjang. (American Society for Nutrition/Z-1)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Eks Bupati Sleman Didakwa Korupsi Dana Hibah Rp 10 M Demi Istri Menang Pilkada
• 10 jam lalukumparan.com
thumb
Menaker Imbau Swasta WFA 29-31 Desember 2025, Tak Potong Cuti
• 7 jam lalubisnis.com
thumb
MBMA Ungkap Transaksi Afiliasi USD9 Juta
• 19 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Wafat di Pesawat Usai Tolak Tambang Emas, Kematian Wabup Sangihe Helmud Hontong Kembali Bergema
• 17 jam lalusuara.com
thumb
Kemensos Usulkan Jaminan Hidup Korban Bencana Sumatera Rp10 Ribu Per Hari
• 10 jam lalufajar.co.id
Berhasil disimpan.