Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Aceh mengakibatkan kerusakan parah pada sejumlah bagunan, mulai dari rumah, masjid, sekolah hingga jembatan dan jalan yang menjadi akses mobilitas warga untuk beraktivitas sehari-hari.
Banjir bandang yang terjadi pada Rabu (26/11) lalu itu memutus akses jalan di Desa Simpang Rahmat, Gajah Putih, Bener Meriah, Aceh, sehingga membuat warga terpaksa menggunakan tali darurat dan bergelantungan untuk dapat menyeberangi sungai.
Aliran air yang deras dan bercampur dengan material batu pada banjir bandang yang melanda Kecamatan Permata juga menyebabkan sebanyak 14.352 rumah rusak dan membuat ribuan jiwa yang terdampak harus mengungsi ke 57 titik lokasi pengungsian.
Sementara itu di Pidie Jaya, Aceh, bencana banjir akibat meluapnya Sungai Meureudu, membuat rumah hingga perkebunan warga rusak dan puing-puing gelondongan kayu yang terbawa aliran air terlihat menumpuk di sekitar lokasi pascakejadian.
Kerusakan juga terjadi pada gedung sekolah. Tercatat sebanyak 23 unit sekolah tingkat SD dan SMP yang tersebar di lima kecamatan di Kuta Teugong, Nagan Raya, Aceh, mengalami kerusakan ringan dan berat dengan perkiraan kerugian mencapai Rp43 miliar.
Kondisi lapangan yang masih membutuhkan penanganan intensif dan terkoordinasi untuk evakuasi, distribusi logistik dan penanganan kerusakan membuat Pemerintah Aceh resmi memperpanjang masa tanggap darurat bencana hidrometeorologi selama dua pekan hingga 25 November 2025.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Selasa (16/12), bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Aceh menyebabkan 105.684 rumah rusak, 4,3 ribu jiwa mengungsi, 431 meninggal dunia dan 32 lainnya masih dinyatakan hilang.



