Bursa Efek Indonesia (BEI) akhirnya bertemu dengan pimpinan Morgan Stanley Capital International atau MSCI untuk membahas metodologi perhitungan free float.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, menyampaikan diskusi yang dilakukan berlangsung cukup konstruktif. Meski demikian, BEI tetap menghormati independensi penyedia indeks bergengsi itu.
Ia menjelaskan setidaknya BEI telah memanfaatkan waktu yang ada untuk menyampaikan berbagai perhatian dan masukan terkait hal tersebut.
“Jadi minggu lalu Pak Iman Rachman (Direktur Utama BEI) ke New York ketemu dengan MSCI, pimpinan MSCI,” kata Jeffrey kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (18/12).
Selain itu Jeffrey juga mengatakan otoritas BEI telah mengirimkan surat resmi kepada MSCI untuk menyampaikan sejumlah perhatian. Selain itu, ia juga mencatat berbagai pelaku pasar dan asosiasi turut menyampaikan concern serupa.
BEI meminta agar metodologi apa pun yang diterapkan oleh index provider bersifat universal dan non-diskriminatif, serta berlaku secara konsisten di seluruh negara, bukan hanya kepada negara tertentu. Meski begitu BEI tetap menghormati kewenangan dan independensi penyedia indeks.
“Nah, misalnya kemudahan untuk melihat data dan lain-lain, apa yang bisa kami provide tentu akan kita usahakan untuk kita berikan untuk meningkatkan transparansi dan lain-lain,” ucap Jeffrey.
Terkait isu free float, Jeffrey menjelaskan Indonesia telah menerapkan kriteria yang lebih ketat dibandingkan beberapa bursa lain. Di Indonesia, kepemilikan oleh satu pihak di atas 5% tidak lagi diperhitungkan sebagai free float, sementara di sejumlah bursa lain kepemilikan di atas 10% masih dapat dikategorikan sebagai free float.
“Tetapi, kita juga menawarkan apa yang bisa kita sampaikan, data yang bisa kita berikan, supaya MSCI lebih percaya dengan data yang ada di Indonesia,” tambahnya.
Mengenai respons MSCI, Jeffrey menyatakan tidak pernah ada respons secara langsung. Misalnya ketika MSCI sebelumnya berencana mengecualikan saham yang masuk dalam kategori FCA selama satu tahun dari indeks MSCI, BEI juga telah menyampaikan concern yang sama.
Meski tidak ada tanggapan resmi, kebijakan tersebut kemudian direvisi, di mana pengecualian hanya berlaku bagi saham yang masuk FCA selama tiga bulan, bukan lagi satu tahun.
“Ekspektasi kita, dua hal tadi itu apapun metodologi yang akan diterapkan itu berlaku universal dan tidak diskriminatif. Itu saja ekspektasi kami,” kata Jeffrey.
MSCI Jajaki Penggunaan Data KSEI dalam Perhitungan Free Float
Sebelumnya Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) menjajaki masukan dari para pelaku pasar terkait rencana pemanfaatan Monthly Holding Composition Report yang diterbitkan oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Mereka tengah mempertimbangkan untuk menggunakannya sebagai referensi tambahan dalam perhitungan free float saham emiten Indonesia.
Free float adalah porsi saham yang dimiliki oleh publik atau masyarakat, tidak termasuk saham yang dikuasai oleh pemegang saham pengendali, pemegang saham mayoritas, komisaris, direksi maupun karyawan perusahaan. Adapun selama ini, emiten di Indonesia hanya diwajibkan melaporkan kepemilikan saham ≥5% kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sementara itu, data KSEI mencakup kepemilikan di bawah 5% serta memberikan klasifikasi jenis pemegang saham. Hal itu nantinya dapat memberikan gambaran yang lebih detail dan akurat mengenai struktur kepemilikan saham pada suatu emiten.
MSCI mengusulkan agar estimasi free float ditetapkan berdasarkan nilai terendah antara dua perhitungan berikut:
- Free float yang dihitung menggunakan data kepemilikan yang dilaporkan oleh emiten dalam keterbukaan informasi, laporan, maupun siaran pers, sesuai metodologi MSCI. 2.
- Free float yang diestimasi menggunakan data KSEI, dengan mengklasifikasikan saham script (yang tidak tercatat di data KSEI) serta kepemilikan korporasi (lokal dan asing) dan kategori others (lokal dan asing) sebagai non–free float.
Sebagai alternatif, MSCI juga mempertimbangkan pendekatan lain, yakni menghitung estimasi free float berdasarkan data KSEI dengan mengklasifikasikan saham script dan kepemilikan korporasi sebagai non–free float. Namun tanpa memasukkan kategori others dalam perhitungan tersebut.
MSCI akan membuka periode konsultasi hingga 31 Desember 2025, dan hasilnya dijadwalkan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. Apabila proposal ini disetujui, perubahan metodologi tersebut akan mulai diterapkan pada review indeks Mei 2026 mendatang.
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5133499/original/074397200_1739543557-WhatsApp_Image_2025-02-14_at_21.25.55_f6d72b0e.jpg)


