Pedagang Kelapa juga Keluhkan Harga Terus Naik, Jual Rugi Buat Jaga Pelanggan

Harga kelapa bulat melejit dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Tingginya fluktuasi komoditas ini dipengaruhi pasokan dan impor.

Dani, salah satu pedagang kelapa bulat dan parut di Pasar Senen, Jakarta, menyebut pedagang juga dalam posisi sulit saat harga kelapa terus melonjak.

Demi menjaga hubungan dengan pelanggan tetap, seperti pedagang rumah makan Padang, penjual makanan yang membutuhkan serabut kelapa, hingga ibu-ibu rumah tangga yang tiap Ramadan selalu memasak kolak, ia memilih menahan keuntungan, bahkan tak jarang menjual dengan margin sangat tipis.

“Nggak semua (jadi pelanggan). Tapi ada juga yang ke sini. (Kalau harga kelapa lagi naik) keluhan (pelanggan) sih pasti ada. Cuma kalau sama langganan, harganya nggak begitu tinggi,” kata Dani saat ditemui kumparan di Pasar Senen, Kamis (18/12).

Menurut Dani, keputusan menjual dengan harga rendah saat kelapa mahal dilakukan semata-mata agar usaha tetap berjalan dan pelanggan tidak berpaling. “Paling jual modal lah, kadang-kadang jual rugi kalau sama langganan,” tutur Dani.

Ia menuturkan, praktik serupa juga dilakukan banyak pedagang kelapa lainnya, terutama ketika harga sempat melonjak tajam hingga menyentuh Rp 20 ribu per butir beberapa bulan lalu. Kondisi dikarenakan masuknya kelapa impor, yang membuat pedagang terpaksa menekan harga jual.

“Kalau yang parah, yang kemarin tuh yang pernah impor. Itu yang paling parah. Kebanyakan yang jual rugi, kadang-kadang jualnya harga tipis. Mau nggak mau,” jelas Dani.

Seiring waktu, situasi pasar mulai berangsur stabil. Dani menyebutkan, hingga kini harga kelapa masih berada pada kisaran normal meski sudah mendekati periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Namun, ia menilai lonjakan harga tetap sulit dihindari pada momen tertentu.

“Kalau kelapa selalu naik lebaran. Selalu, udah kayak tradisi,” kata Haji Dani.

Dani menyampaikan, per hari ini, Kamis (18/12), harga kelapa masih terpantau stabil. Di lapaknya di Pasar Senen, satu harga kelapa bulat dibanderol dengan harga Rp 15.000 per butir, dengan kelapa serabut yang belum dikupas di harga Rp 25.000 per dua butir.

“Hari ini dijual masih Rp 15.000. Kemaren sempet Rp 19.000 (per butir),” kata Haji Dani.

kumparan juga mengunjungi Pasar Bendungan Hilir, Jakarta Selatan. Harga kelapa bulat juga masih terpantau belum naik. Salah satu pedagang, Agus, menyatakan kelapa bulat di lapaknya dijual Rp 17.000 per butir untuk yang berukuran besar, sedangkan yang berukuran kecil dijual Rp 15.000 per butir.

“(Harga kelapa) lagi biasa sih. Rp 17.0000, yang Rp 15.000 juga ada,” kata Agus.

Agus menuturkan, pasokan kelapa bulat yang biasanya datang dari Lampung ini selalu dikirim ke lapaknya setiap 10 hari, tetapi beberapa waktu terakhir, pengiriman suka telat hingga melebihi 2 hari.

“Biasanya 10 hari, tapi telat jadi (tambahan) 2 hari. Gak tahu kenapa,” ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menargetkan harga kelapa bisa tembus Rp 6.000 per butir dalam beberapa tahun ke depan. Sementara saat ini harga kelapa di tingkat petani berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per butir.

Dia meyakini target tersebut bisa dicapai lewat percepatan hilirisasi industri kelapa yang kini sedang digenjot pemerintah. Terlebih menurut dia Indonesia menempati posisi nomor satu negara pengekspor kelapa terbesar di dunia.

“Komoditas yang selama ini kita ekspor, contoh kelapa nilainya Rp 24 triliun ini kita hilirisasi kalau sesuai diagram pohon industri, itu bisa 100 kali lipat. Artinya bisa Rp 2.400 triliun,” kata Amran di Kantor Kementan, dikutip Kamis (18/12).

Meski demikian, Amran memastikan belum tentu hilirisasi berhasil meningkatkan nilai tambah menjadi 100 kali lipat. “Itu secara teori. Bisa saja hanya 50 persen, 50 kali lipat, atau 20 kali lipat,” imbuhnya.